Merdeka Belajar Itu untuk Apa?

Merdeka Belajar Itu untuk Apa? – “Bebek berjalan berbondong-bondong, akan tetapi burung elang terbang sendirian.” Itulah kata-kata bermakna yang pernah diucapkan oleh Bung Karno di depan pengadilan kolonial Bandung pada tahun 1930 sebelum beliau dijebloskan ke penjara Sukamiskin. Kata-kata yang tertulis dalam naskah pidato pembelaannya dengan judul Indonesia prisonersamongus Menggugat itu menjadi semangat perlawanan untuk lepas dari kolonialisme menuju Indonesia Merdeka.

Pertanyaannya, sesudah lebih dari 75 tahun Indonesia Merdeka, apakah gaung dari makna kata-kata itu masih juga terngiang-ngiang, terutama saat dunia pendidikan nasional, tengah menerapkan program Merdeka Belajar? Dengan kata lain, kata-kata yang lebih dari 90 tahun lalu diperdengarkan dan sempat mengguncang dunia internasional itu, apakah masih dapat diberdayakan untuk menggugah dunia pendidikan nasional dalam mengerjakan program Merdeka Belajar secara terencana dan terpadu?

Jawabnya, tentu masih dan dapat. Sebab apa yang dikatakan oleh Bung Karno masih amat relevan, kontekstual dan signifikan. Lantas, bagaimanakah hal itu dapat diwujudnyatakan, terlebih dalam konteks kepemimpinan di era Merdeka Belajar?

Pertama, sebagai bagian penting dari gerakan nasionalis awal di Indonesia, sejak semula pendidikan dirancang dengan membebaskan anak-anak untuk bermain dan belajar menurut kemampuan dan kemauannya sendiri. Tentu saja para guru tetap mengawasi dan membimbing mereka bukan dengan mata yang menghukum, tetapi memberi keteladanan yang mencerminkan tanggungjawab dan perhatian berdasar kesetaraan dan persaudaraan.

Kedua, penyebutan “bapak” dan “ibu” terhadap mereka yang lebih tua bukan dilandasi oleh hubungan kekuasaan atau otoritas yang menyiratkan superioritas dan inferioritas status, melainkan lebih untuk rasa hormat pada yang dituakan. Dengan kata lain, hubungan antara anak dan bapak atau ibu dimungkinkan untuk berbeda pendapat misalnya.

Namun perbedaan itu tidak membuat siapa pun berhak untuk menghakimi, bahkan menghukum, mereka yang dianggap tidak setara, apalagi tidak bisa atau punya apa-apa. Penghargaan seorang terhadap yang lain adalah kunci dari gerakan pendidikan yang toleran, plural dan tajam.

Ketiga, dalam pendidikan tidak dikenal adanya hukuman. Yang “bersalah” justru dituntut untuk membuat suatu pengakuan dan dituntun untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan secara ksatria. Dalam arti ini, anak-anak didik diajar untuk tahu diri, mengerti tugas dan konsekuensi dari segala keputusan beserta tindakannya.

Hal itu digambarkan dengan baik dalam sebuah cerita pewayangan di mana sosok Abimanyu tidak takut menentang kakeknya demi dapat bertemu dengan Arjuna, ayahnya sendiri. Begitu pula dengan para pemuda, seperti Sukarni, Wikana dan Singgih, yang menculik Sukarno-Hatta dan dibawa ke Rengasdengklok sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI 17-8-1945 demi ketetapan hati dan rasa cinta yang berkobar-kobar pada Indonesia.

Baca juga: Neurodiversity: Konsep Pendidikan Inklusif untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Pada tataran inilah sosok “bapak” atau “ibu”, termasuk “yahnda” atau “bunda”, sebagai pemandu, guru, dan penjaga memainkan peran dan fungsi penting dalam konsep kekeluargaan/famili-isme yang dikaji ulang melalui pendidikan di sekolah atau kelas.

Tiga kekhasan pendidikan dengan model kepemimpinan keluarga di atas tampak masih dapat untuk dioperasionalkan di masa kini, khususnya di era Merdeka Belajar. Terutama dengan menjadikan keluarga sebagai sekolah, dunia pendidikan diharapkan mampu mengembangkan bukan hanya segala potensi akademik, tetapi sekaligus jiwa dan roh kebebasan dari para pembelajar.

Sebagaimana pernah dipesankan oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara bahwa “setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah”, hal itu menjadi momentum yang tepat untuk mendalami makna dari kepemimpinan keluarga, khususnya di zaman yang oleh pujangga Jawa kenamaan, R. Ng. Ronggawarsita III (1802-1873), telah diramalkan sebagai zaman edan.

Itu artinya, cara pandang terhadap keluarga di zaman ini diharapkan dapat semakin berkembang dan menjadi semacam sekolah yang memungkinkan setiap orang untuk belajar secara bebas dan mandiri. Oleh sebab itu, menjadikan keluarga sebagai sekolah bukanlah sesuatu yang tak terbayangkan sama sekali di era Merdeka Belajar saat ini.

Neurodiversity: Konsep Pendidikan Inklusif untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Neurodiversity: Konsep Pendidikan Inklusif untuk Anak Berkebutuhan Khusus – Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan berkualitas, tak terkecuali anak berkebutuhan khusus. Dengan proses belajar-mengajar yang tepat, mereka dapat mengembangkan potensi serta minatnya seperti anak-anak lain.

Salah satu cara untuk memenuhi hal tersebut adalah dengan neurodiversity. Muncul sejak 1990-an, konsep pendidikan ini memungkinkan anak berkebutuhan khusus untuk belajar sesuai kondisi dirinya.

Sosiolog Australia, Judy Singer, menciptakan istilah neurodiversity untuk mempromosikan kesetaraan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, sehingga anak tidak merasa ‘sendiri’ saat sekolah di sekolah reguler.

Lantas, bagaimana konsep prisonersamongus neurodiversity bisa diterapkan dalam sistem pendidikan Indonesia?

Pada dasarnya, neurodiversity akan membantu siswa untuk memaksimalkan kekuatan pada setiap diri anak. Dalam hal ini, sekolah dapat memfasilitasi masing-masing siswa untuk menggali potensi yang ada dalam dirinya. Dengan pendidikan yang dipersonifikasi, anak berkebutuhan khusus dapat mengatasi tantangan sosial, emosional, kognitif, maupun akademik mereka.

Psikolog sekaligus Direktur Eksekutif American Institute for Learning and Human Development, Thomas Armstrong, memberikan contoh terkait penerapan neurodiversity di sekolah. Misalnya, guru dapat mengajak siswa pengidap Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) untuk mengerjakan sebuah proyek. Karena siswa yang didiagnosis dengan ADHD akan mengalami kesulitan konsentrasi jika hanya duduk diam mendengarkan pelajaran, mengerjakan sebuah proyek dapat membantu mereka untuk lebih mengerti materi pembelajaran.

JIS Learning Center: Upaya JIS Terapkan Neurodiversity di Sekolah

Jakarta Intercultural School (JIS) menyadari, setiap anak-anak berkebutuhan khusus perlu pendampingan dalam proses belajar mengajar. Karena itulah, JIS meluncurkan JIS Learning Center untuk tahun ajaran 2022-2023.

Dalam salah satu episode The JIS Podcast, Education Specialist, Donise Lysons, menjelaskan, JIS Learning Center merupakan salah satu cara JIS untuk mendukung konsep pendidikan berbasis neurodiversity.

Dipersonalisasikan dengan metode belajar di JIS yang menyenangkan dan efektif, Learning Center akan menjadi tempat yang bisa memenuhi berbagai kebutuhan fisik, perilaku, akademik, hingga sosial-emosional anak.

“Neurodiversity bukan hal baru di JIS. Bagaimanapun, di dunia ini kita hidup bersama orang-orang yang beragam, termasuk cara belajar, bersosialisasi, dan lain-lain. Kami secara konsisten akan menghadirkan pendidikan yang inklusif untuk berbagai macam konsep belajar (termasuk neurodiversity),” jelasnya.

Nantinya, para siswa akan memiliki kurikulum yang dimodifikasi untuk mencakup seluruh kompetisi belajar. Mulai dari membaca, menulis, berhitung, hingga keterampilan adaptif, sosial, serta kemandirian berdasarkan Individualized Learning Plan (ILP) yang telah disusun oleh JIS.

Sementara itu, JIS Head of School, Maya Nelson, mengatakan, Learning Center menjadi upaya JIS dalam menghadirkan pendidikan yang setara untuk masyarakat. Maya percaya, dengan program inklusif, para siswa akan memahami bahwa menjadi berbeda bukan penghambat untuk belajar.

“Bagi beberapa keluarga, sulit untuk mencari sekolah yang dapat mendukung siswa berkebutuhan khusus karena tidak ada program yang menyediakan (untuk anak-anak mereka). Sulit untuk mendapatkan pengajar yang mendorong tumbuh kembang mereka. (Di JIS) Anda dapat menemukan lebih banyak ahli, seperti psikolog, speech language pathologist, dan pengajar-pengajar lain yang memfasilitasi hal itu,” jelas Maya.

Maya juga menerangkan, lewat program inklusif seperti Learning Center, JIS dapat menjadi role model bagi sekolah-sekolah lain untuk mengadakan program yang serupa. Harapannya, penerapan neurodiversity di Indonesia dapat lebih masif lagi. Sehingga, anak-anak berkebutuhan khusus pun kian mendapatkan pendidikan yang setara.

JIS Learning Center akan menempatkan siswa dalam kelas-kelas kecil. Jumlahnya tidak lebih dari delapan siswa, sehingga proses belajar-mengajar lebih individual dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

Para guru juga dapat lebih fokus untuk memberikan pengajaran pada anak. JIS akan menempatkan satu guru per empat siswa agar memberikan keleluasaan bagi para pengajar untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar anak serta passion yang dimiliki mereka. Dengan begitu, para siswa dapat lebih mudah diajak untuk menghadapi tantangan belajarnya lewat minat dan bakat yang dimiliki.

Nantinya, pengajar di JIS Learning Center tergabung dalam Student Support Team (SST). Dari PAUD hingga kelas 12 SMA, JIS menghadirkan sekelompok profesional dari berbagai multidisiplin yang siap membantu siswa saat mereka mengalami kesulitan, baik secara akademik maupun emosional.

Baca juga: Mempersiapkan Pendidikan Anak Usia Dini

Semua orang yang tergabung dalam SST telah mengantongi lisensi, sehingga mereka dapat menyusun strategi yang tepat untuk kebutuhan setiap siswa. Mulai dari spesialis pembelajaran, terapis bicara dan bahasa, terapis okupasi, konselor sekolah, hingga psikolog telah tergabung dalam tim SST.

Pelajari lebih lanjut mengenai program JIS Learning Center melalui tautan ini. Untuk mengetahui program-program sekolah di JIS, silakan dengarkan The JIS Podcast yang telah mengudara di Spotify. Jangan lupa kunjungi website resmi JIS di sini untuk melihat secara lengkap informasi seputar Jakarta Intercultural School.

Pada akhirnya, JIS percaya, setiap anak dapat menjadi versi terbaik bagi dunia, apapun keadaan mereka.

Kiat Cegah Stres pada Anak saat Sekolah Online

Kiat Cegah Stres pada Anak saat Sekolah Online – Rencana sekolah tatap muka kembali diundur. Para pelajar masih harus belajar di rumah sampai waktu yang belum ditentukan. Kondisi ini tak hanya membuat orang tua pusing, anak-anak juga rentan mengalami stres.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Department of Psychology, Ludwig-Maximilians-Universität München, Jerman, dampak pandemi menyebabkan adanya peningkatan gejala kecemasan dan depresi anak-anak usia sekolah. Faktornya beragam, seperti kesulitan mengerjakan tugas sekolah dan tidak mendapat dukungan prisonersamongus dari orang tua selama belajar online.

Ya, keluarga juga punya peran penting dalam menyukseskan pembelajaran jarak jauh. Hal ini disampaikan oleh Lyndsy Duet, salah satu konselor pendidikan di Jakarta Intercultural School (JIS). Tak hanya mendukung secara akademis, orang tua juga perlu menjaga kesehatan mental anak selama di rumah.

“Kita (orang dewasa) pasti merasakan (kejenuhan) yang sama bila berada di depan kamera sepanjang hari. Itu pun dirasakan anak-anak dan mungkin penyebab mengapa sebagian dari mereka mematikan kamera (saat belajar online),” katanya.

Senada dengan Lyndsy, Brian Krembs mengatakan, belajar di rumah membuat anak dihinggapi banyak pertanyaan, seperti kapan sekolah online berakhir, kapan ia bisa bermain dengan keluarga, dan lain sebagainya. Bila orang tua tidak memberikan waktu dan dukungan yang tepat, anak-anak rentan mengalami stres.

“Saya rasa orang tua perlu memberikan peraturan tidak tertulis. Misal, ketika waktunya sekolah, orang tua mengambil peran guru yang tegas dan mendampingi anaknya. Namun, saat sekolah (online) selesai, mereka bisa menemani anak bermain,” jelas Brian.

Brian melihat beberapa anak justru mengalami perkembangan yang lebih baik saat orang tua menerapkan peraturan-peraturan itu.

“Ketika melihat sebuah keluarga yang melakukan (peraturan) itu dengan baik, saya bisa melihat bahwa anak-anak mereka merasa lebih aman dan nyaman (saat belajar online),” katanya.

Sebagai orang tua, Anda bisa mengajak anak untuk mengobrol agar tetap terhubung satu sama lain. Tanyakan apa yang membuatnya stres dan bagaimana caranya agar Anda dapat membantu mengatasi hal tersebut.

“Selama belajar online, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di depan laptop. Sekadar berjalan-jalan dan mengobrol di halaman atau balkon mungkin bisa meredakan kejenuhannya,” jelas Lyndsy.

Berikan contoh cara mengatasi konflik yang biasanya Anda lakukan. Misal, mengambil segelas air dan menarik napas, mendengarkan musik, dan lain-lain.

Dengan begitu, anak akan belajar cara mengelola stres.

“(Setelah mengadakan sesi konsultasi dengan orang tua) kami juga banyak mendengar bahwa cara mengatasi stres pada anak bisa dilakukan dengan memberikan contoh kepada anak (tentang cara mengelola stres yang biasa dilakukan orang tua). Ketika Anda mengambil segelas air saat stres, anak-anak akan berpikir ‘Oh ya, ternyata ini yang dilakukan oleh Ayah/Ibu. Mungkin ini akan berdampak juga dalam diri saya’,” lanjut Lyndsy.

Ruang belajar produktif di Jakarta Intercultural School (JIS)

Sebagai sekolah yang mendukung potensi dan bakat siswa, Jakarta Intercultural School (JIS) menerapkan metode belajar yang kreatif dan inovatif saat penerapan PJJ. Tak hanya melibatkan siswa secara aktif, para guru juga dituntut membawakan pelajaran yang tidak membosankan.

Jakarta Intercultural School (JIS) pun konsisten mengadakan program-program yang bisa menghadirkan sensasi ‘sekolah sungguhan’ kepada para siswa.

Beberapa waktu lalu, Jakarta Intercultural School (JIS) mengadakan Dragon Awards 2021: sebuah acara penghargaan kepada siswa SMA di Jakarta Intercultural School (JIS) atas prestasi mereka di bidang akademik, pengabdian masyarakat, program budaya, kreativitas seni, serta atletik selama pandemi. Meski dilakukan secara virtual melalui aplikasi Zoom, Dragon Awards 2021 tetap semarak seperti tahun-tahun sebelumnya.

Para guru sekolah dasar di Jakarta Intercultural School (JIS) juga terus mengadakan kegiatan interaktif.

Baca juga: Metode Belajar STEAM, Dorong Anak Jadi Inovator di Masa Depan

Contohnya dengan meminta para siswa membuat makanan berdasarkan karakter buku favoritnya. Bertajuk #BooktoEat, kegiatan ini bisa mendukung kreativitas dan daya imajinasi anak selama belajar di rumah.

Memahami bahwa kondisi psikologis siswa selama belajar online berbeda-beda Jakarta Intercultural School (JIS) menyediakan sesi diskusi dengan para konselor sekolah agar proses pembelajaran jarak jauh bisa terus menyenangkan. Pada sesi ini, para siswa bisa mengatakan hal-hal apa yang mereka keluhkan dan inginkan.

Brian mengatakan, sebelum pandemi, para siswa bahkan bisa memilih 2 hari dalam seminggu untuk berkonsultasi dengan konselor sekolah.

“Kami merasa harus melanjutkan ini (sesi diskusi dengan siswa). (Selain siswa bisa meminta langsung), para orang tua boleh mengirim email kepada konselor sekolah bila anak mengalami kesulitan belajar online,” jelas Brian.

“Ya, kami juga sangat senang memiliki sesi diskusi dengan siswa. Baru-baru ini, saya melakukan banyak sesi diskusi mengenai cara menangani konflik antarsaudara di rumah,” tambah Lyndsy.

Dengan membangun komunikasi dua arah, ikatan sosial-emosional antara guru dan siswa bisa tetap terjaga meski tidak ada pembelajaran tatap muka. Jakarta Intercultural School (JIS) percaya, pandemi tidak menghalangi para siswa untuk menjadi versi terbaik bagi dirinya sendiri maupun seluruh dunia.

Metode Belajar STEAM, Dorong Anak Jadi Inovator di Masa Depan

Metode Belajar STEAM, Dorong Anak Jadi Inovator di Masa Depan – Pesatnya teknologi yang ditandai dengan era revolusi industri 4.0— berkembangnya internet of thing (IoT)—menuntut seluruh bidang untuk berkembang agar bisa mengimbangi perkembangan zaman. Salah satu elemen yang perlu bergerak cepat mengimbanginya adalah sektor pendidikan.

Pasalnya, perubahan teknologi yang semakin cepat membuat banyak pekerjaan di masa depan akan banyak terdisrupsi. World Economic Forum (WEF) memprediksi sebanyak 85 juta pekerjaan bakal hilang di 2025 seiring kehadiran teknologi robot, otomasi, hingga metaverse yakni dunia komunitas prisonersamongus virtual tanpa akhir yang saling berhubungan. Karenanya, diperlukan metode dan cara pengajaran yang sesuai untuk menciptakan generasi yang unggul; kreatif dan inovatif di mana depån.

Untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi era revolusi industri 4.0, tentu dibutuhkan lebih dari sekadar keterampilan akademik dasar. Para pendidik butuh mempersiapkan murid menghadapi perkembangan teknologi yang begitu cepat berubah. Sebab, kebutuhan sumber daya manusia ke depan yang dibutuhkan adalah mampu berpikir analitis dan kolaboratif.

Sebuah studi yang dilakukan oleh United States National Science Foundation mengungkapkan, di masa depan, 80 persen pekerjaan membutuhkan pemikiran kritis dan terampil yang mampu memecahkan masalah. Metode pembelajaran STEAM (Science Technology Engineering Arts Mathematics) dinilai menjadi salah satu kunci penting dunia pendidikan untuk membekali siswa menghadapi era Revolusi 4.0.

Mengenal Metode Belajar STEAM dan Keunggulannya untuk Anak

Metode STEAM awalnya diciptakan agar anak memiliki rasa cinta pada seni, sains, dan teknologi. Dengan muatan ini, anak diharapkan bisa menemukan keterkaitan di beberapa bidang ilmu yang dibutuhkan di masa depan. Bahkan, perusahaan Amerika Serikat yang memproduksi dan menjual perangkat keras dan perangkat lunak komputer, IBM, memprediksi, berkarier di industri science, technology engineering, dan mathematics akan mendapatkan gaji 24 persen lebih tinggi di masa depan.

Melalui STEAM anak dilatih untuk bermain, mengamati, berkreasi, dan belajar dengan cara mereka sendiri. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengeksplorasi banyak hal. Dengan cara pembelajaran tersebut, anak akan mampu menganalisis sesuatu, berpikir dengan kritis, menemukan pemecahan masalah, percaya diri, komunikatif, kolaboratif, kreatif, dan inovatif.

Untuk mewujudkan generasi unggul di masa depån, Jakarta Intercultural School (JIS) menghadirkan program STEAM yang sesuai dengan konsep Education 4.0.

Education 4.0 menjadi elemen penting dalam mewujudkan Indonesia 4.0 dan menembus 10 negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia pada 2030. Sejalan dengan visi dan misi tersebut, JIS memiliki komitmen besar untuk meraih cita-cita tersebut. Bagi JIS, STEAM menjadi penting karena mengusung berbagi mata pelajaran untuk mendukung pembelajaran para murid dan menemukan minat mereka di masa depan.

Baca juga: Cara Menanamkan Karakter Positif pada Anak

Implementasi STEAM di JIS

Sebagai sekolah intercultural yang menawarkan pendidikan holistik dari jenjang prasekolah hingga menengah atas, JIS memberikan pengalaman belajar anak sesuai kemampuan dan potensinya yang didukung dengan metode pembelajaran STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, dan Mathematics)
Misalnya saja pada pendidikan usia dini (pre-school), JIS mempunyai serangkaian program yang disesuaikan dengan minat dan bakat anak yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang si kecil selama ia bersekolah. Salah satunya memasukkan muatan STEAM selama proses pembelajaran.

“Pekerjaan anak-anak adalah bermain. Karenanya, program yang diterapkan JIS sangat berbasis pada permainan anak yang aktif agar mereka bisa learning by doing (belajar sambil melakukan sesuatu),” jelas Allyson Puls-Dharmadji, guru yang telah mengajar di JIS sejak 30 tahun silam.

Melalui metode ini anak-anak akan diajak bermain selama proses pembelajaran karena mereka akan membuat sebuah proyek. Salah satu proyek yang pernah dijalankan adalah membuat boneka kelelawar. Setelah dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, para siswa harus mencari peralatan yang diperlukan dan menjahit bonekanya dengan tangan-tangan mereka.

“Mereka (para siswa) harus menemukan jenis bahan dan mengukurnya dengan tepat karena boneka yang dibuat akan memperlihatkan detail-detail tubuh binatang. Jadi (pada kegiatan itu) anak-anak dilatih untuk memecahkan masalah sekaligus memahami konsep pengukuran,” jelas Allison.

Konsep pengukuran dan proyek kolaborasi ini yang menjadi pembelajaran berbasis STEAM yang berfokus pada aspek kolaborasi, mengarahkan anak untuk berpikir kritis, kreativitas, berinovasi serta mencari solusi.

Metode pembelajaran STEAM di JIS juga diterapkan pada jenjang pendidikan lainnya—SD, SMP, hingga SMA.

Ya, khusus untuk para siswa SMA, JIS menerapkan dua kurikulum yang bisa dipilih, International Baccalaureate (IB) dan Advanced Placement (AP) yang didukung metode pembelajaran STEAM.

High School Science Teacher, Jeff Clark, mengatakan, siswa kelas 9 SMP sudah bisa menentukan pilihan sains mereka sebelum mereka naik kelas.

“Ketika mereka pindah dari kelas 9 ke kelas 10 SMA, mereka harus memilih tentang ilmu apa yang akan mereka ambil untuk pembelajaran tiga tahun ke depan apakah biologi, kimia, fisika, atau ilmu lingkungan,” ungkapnya.

Meski begitu, apapun pilihannya, JIS mengintegrasikan keterampilan ilmu komputer, di pembelajaran sains.

Guna mendukung aktivitas para murid SMP (middle school) di bidang STEAM seperti coding, programing, robotics, desain, dan lainnya, JIS sudah menyiapkan gedung khusus bernama S.Module yang diresmikan dua tahun silam.

S. Module dirancang seperti laboratorium pendidikan vokasi. Di dalam gedung ini, murid-murid JIS—layaknya para inovator di Silicon Valley—bisa belajar untuk merancang proyek dan menghasilkan benda-benda ataupun program yang bisa dipakai.

Dalam penerapan STEAM, JIS juga menyiapkan kelas Robotic, Makerspace atau ruang kreatif untuk memfasilitasi para murid membuat suatu proyek yang melibatkan proses kreatif secara individual maupun berkelompok.

Melalui Makerspace, JIS akan memfasilitasi proses belajar anak sesuai bakat masing-masing. Kelas ini bisa menjadi wadah untuk menemukan dan mengembangkan bakat anak. Sebab, anak akan menghadapi proses belajar yang sesuai passion. Dengan begitu, kecintaan belajar dalam diri anak dapat tumbuh.

Untuk mengetahui program STEAM di JIS dengarkan The JIS Podcast di Spotify.

Kecerdasan Emosional Dapat Dukung Keberhasilan Anak di Masa Depan, Kok Bisa?

Kecerdasan Emosional Dapat Dukung Keberhasilan Anak di Masa Depan, Kok Bisa? – Kecerdasan emosional akan terus berkembang seiring dengan usia anak. Ya, wajar bila di usia balita si kecil belum mampu mengendalikan emosinya dengan baik. Terkadang, ia mungkin merengek ketika meminta sesuatu dan menangis saat keinginannya tidak dituruti.

Meski begitu, seiring berjalannya waktu, Anda perlu mengajarkan anak untuk bisa mengelola emosinya dengan baik. Ya, kecerdasan emosional anak perlu diasah sejak dini untuk menunjang kehidupannya di masa depan. Seseorang yang mampu mengelola emosinya cenderung punya empati yang tinggi terhadap orang lain serta bisa memaksimalkan potensi dirinya untuk menghadapi berbagai masalah kehidupan.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk membangun kecerdasan emosional anak. Salah satunya prisonersamongus dengan social emotional learning (SEL) yang diterapkan di sekolah.

Apa itu SEL?

Pada dasarnya, metode SEL akan membantu siswa mengembangkan soft skill yang dibutuhkan di masa depan. Konsep pembelajaran ini menetapkan lima kompetensi yang membantu anak untuk memahami dan mengenal emosi mereka.

Lima kompetensi tersebut yaitu kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan menjalin hubungan dengan orang lain, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Metode SEL juga dapat mendorong kebahagiaan siswa, terutama dalam proses belajar.

Sebagai sekolah nonprofit yang berfokus mengantarkan siswanya menjadi pribadi terbaik bagi dunia, Jakarta Intercultural School (JIS) menyadari bahwa metode SEL merupakan salah satu aspek penting untuk mendukung pembelajaran siswa. Karena itulah, melalui penerapan SEL di JIS, para siswa tidak sekadar diajarkan untuk berprestasi di akademik, mereka juga diminta untuk menerima emosi yang ada dalam setiap situasi.

Social Emotional Learning di Jakarta Intercultural School

Penerapan SEL dapat membuat para guru Jakarta Intercultural School menyadari bahwa setiap siswa memiliki potensi yang berbeda, sehingga mereka perlu dibimbing dengan gaya belajar yang sesuai.

Setiap tahap kegiatan pembelajaran dirancang untuk mendorong interaksi siswa dalam mengemukakan pendapat, memecahkan masalah, hingga berani mengambil keputusan mengenai isu-isu sosial dan emosional. Kegiatan yang didukung oleh perangkat teknologi digital abad 21 dari Jakarta Intercultural School pun membimbing para siswa melalui serangkaian tugas yang terstruktur dan tetap menyenangkan.

Di sisi lain, karena siswa telah terbiasa mengelola emosinya dengan baik, mereka tidak malu bertanya ketika mengalami kesulitan dalam belajar. Hal ini membuat guru lebih mudah untuk memberikan penjelasan yang lebih mudah dimengerti oleh siswa tersebut. Rasa cinta belajar di kalangan siswa pun bisa tumbuh karena selama di sekolah, ia tidak merasa tertekan.

Bahkan, saat pembelajaran jarak jauh (PJJ), para siswa JIS tetap menunjukkan kecerdasan emosional yang optimal berkat penerapan SEL. Mereka mampu mengatur waktu untuk belajar dan bermain dengan baik. Ketika memberikan pelajaran melalui Zoom, para guru JIS melihat bahwa siswa terus berkomitmen untuk menyelesaikan tugas-tugas tanpa mengesampingkan persahabatan dengan teman-teman sekelasnya.

Pada akhirnya, metode SEL dapat meningkatkan keberhasilan para siswa di sekolah maupun kehidupannya. Hal itu terlihat dari cara siswa Jakarta Intercultural School melihat sisi lain saat situasi pandemi.

Ketika mereka tidak bisa bertemu guru dan teman sekelas, belajar di rumah dapat membuat para siswa lebih dekat dengan orang tuanya. Mulai dari sarapan bersama hingga menemani belajar dan mengerjakan tugas. Waktu-waktu yang berkualitas ini pun membuat para siswa JIS merasa lebih bahagia. Dampaknya, PJJ bisa jauh lebih menyenangkan.

Student Support Team (SST) dan Learning Center di JIS

JIS menyadari, lingkungan belajar yang inklusif dapat mendukung penerapan metode SEL di sekolah. Karena itulah, guna mendukung kebutuhan belajar setiap siswa dari PAUD hingga kelas 12 SMA, Jakarta Intercultural School menghadirkan Student Support Team (SST).

SST merupakan sekelompok profesional dari berbagai multidisiplin yang siap membantu siswa saat mereka mengalami kesulitan, baik secara akademik maupun emosional. Semua orang yang tergabung dalam SST telah mengantongi lisensi, sehingga mereka dapat menyusun strategi yang tepat untuk masing-masing siswa.

SST di JIS terdiri dari spesialis pembelajaran, terapis bicara dan bahasa, terapis okupasi, konselor sekolah, dan psikolog. Sebagai tim yang kohesif, mereka akan bekerja sama dengan guru dan orang tua untuk memantau siswa yang mungkin menunjukkan tanda-tanda keterlambatan atau kesulitan dalam pembelajaran maupun tonggak perkembangan mereka. Dengan begitu, tim SST dapat menganalisis kebutuhan siswa tersebut dan menyusun strategi rencana perawatan individual.

Baca juga: 5 Tips Memilih Sekolah yang Baik untuk Anak

Jakarta Intercultural School juga meluncurkan JIS Learning Center untuk tahun ajaran 2022-2023. Terdiri dari ruang kelas intensif, JIS Learning Center dapat membantu siswa yang sedang kesulitan dalam belajar. Dipersonalisasikan dengan metode belajar di JIS yang menyenangkan dan efektif, Learning Center akan menjadi tempat yang bisa memenuhi berbagai kebutuhan fisik, perilaku, akademik, hingga sosial-emosional anak.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai JIS Learning Center, Anda dapat klik di sini. Sementara itu, untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan program sekolah yang ada di JIS, Anda dapat mendengarkan The JIS Podcast yang telah mengudara di Spotify.

5 Tips Memilih Sekolah yang Baik untuk Anak

5 Tips Memilih Sekolah yang Baik untuk Anak – Setiap orang tua umumnya menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anaknya. Tak sedikit dari mereka yang menyiapkan dana pendidikan sejak awal agar anaknya bisa masuk ke sekolah tertentu. Bahkan, ada pula orang tua yang mendaftarkan anaknya ke sekolah sejak si kecil masih bayi karena banyaknya antrean untuk masuk sekolah tersebut.

Nah, memilih sekolah yang baik untuk anak menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi sebagian orang tua. Untuk itu, berikut ini lima tips yang bisa Anda coba dalam memilih sekolah sebagaimana dikutip dari prisonersamongus.

Tips Memilih Sekolah untuk Anak

Lakukan Riset

Sebelum membuat daftar sekolah yang ingin dituju, lakukan riset terlebih dahulu seputar nilai-nilai yang cocok untuk keluarga dan anak Anda. Salah satu hal yang bisa dipertimbangkan adalah lingkungan dan prestasi sekolah. Anda bisa melakukan riset melalui situs resmi atau media sosial sekolah, berkunjung ke sekolah langsung, atau bertanya ke guru, siswa, dan wali murid.

Biaya

Sekolah yang baik belum tentu memiliki biaya yang mahal, begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, pastikan bahwa biaya sekolah tersebut sesuai dengan anggaran yang sudah Anda siapkan. Jangan sampai pendidikan anak justru jadi beban terlalu besar bagi keuangan keluarga ya.

Nilai Inti Sekolah

Nilai inti atau core value berkaitan dengan pendekatan apa yang digunakan dalam sistem pendidikan sekolah tersebut. Ada sekolah yang fokus pada pengembangan akademik, ada pula yang lebih unggul di bidang seni dan olahraganya. Pastikan pendekatan tersebut sesuai dengan tujuan Anda menyekolahkan si kecil ya.

Infrastruktur

Beberapa hal terkait infrastruktur sekolah yang perlu Anda pertimbangkan yaitu ketersediaan taman bermain, lapangan olahraga, kondisi ruang kelas, dan kebersihan kamar mandi. Memperhatikan infrastruktur sekolah penting dilakukan demi kenyamanan anak.

Baca juga: Tanamkan Karakter Masa Depan, Ini Cara JIS Dekatkan Nilai Budaya kepada Siswa

Kurikulum

Mengutip laman Kurikulum Kemdikbud RI, satuan pendidikan dapat menentukan pilihan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) pada tahun ajaran 2022/2023 secara mandiri. IKM terdiri dari tiga bagian, yaitu sebagai berikut:

  1. Mandiri Belajar, yaitu menerapkan beberapa bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka, dengan tetap menggunakan Kurikulum 2013 atau Kurikulum 2013 yang disederhanakan.
  2. Mandiri Berubah, yaitu menerapkan Kurikulum Merdeka menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan.
  3. Mandiri Berbagi, yaitu menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar.

Dengan adanya pembaruan tersebut, penting bagi orang tua untuk mengetahui perbedaan dari masing-masing kurikulum dan sekolah mana yang menerapkannya.

Tanamkan Karakter Masa Depan, Ini Cara JIS Dekatkan Nilai Budaya kepada Siswa

Tanamkan Karakter Masa Depan, Ini Cara JIS Dekatkan Nilai Budaya kepada Siswa – Jakarta Intercultural School (JIS) merupakan salah satu sekolah inklusif tertua di Indonesia yang kini memiliki siswa multikultural dari 65 negara. Hal ini membuat JIS sadar akan pentingnya memberikan wawasan mengenai budaya, khususnya budaya Indonesia.

Slogan “Bhinneka Tunggal Ika” menjadi panduan JIS dalam menjalankan program-program akademik demi mewujudkan pendidikan yang inklusif, setara, dan saling menghargai berbagai budaya. Sehingga, karakter positif prisonersamongus pun tertanam pada diri siswa.

“Ketika kita berbicara tentang konsep kesetaraan, kita harus memastikan bahwa hal itu tidak hanya soal ras, tapi juga aspek-aspek lainnya. Jadi, kami memastikan bahwa proses dan prosedur (pembelajaran di Jakarta Intercultural School) adil untuk semua orang,” terang salah seorang JIS Education Specialist, Donise Lyons, di The JIS Podcast.

Perwujudan konsep “berbeda-beda tapi tetap satu” ini pun dituangkan dalam setiap elemen sekolah, salah satu yang paling terlihat adalah pada tampilan depan website JIS yang dihias ornamen batik dan wayang.

JIS juga telah berkolaborasi dengan para pengrajin batik di Indonesia untuk membuat pola batik yang digunakan di seluruh situs web maupun elemen sekolah. Pada situs web tersebut terlihat para alumni dari berbagai penjuru dunia yang semakin menguatkan konsep keanekaragaman sekaligus menegaskan bahwa sekolah internasional ini mengedepankan komunitas lokal.

Berpadu dengan program-program akademik, JIS pun memiliki beberapa program unggulan yang bertujuan mendekatkan siswa hingga keluarga dengan Indonesia, baik secara budaya maupun kehidupan sosial.

Program JIS untuk memperkenalkan budaya Indonesia

1. Indonesia Week

JIS memberikan fasilitas kepada seluruh siswa di jenjang sekolah dasar, guru, staf, hingga orang tua untuk mengenal aneka ragam budaya Indonesia melalui acara Indonesia Week yang diadakan satu tahun sekali. Diselenggarakan selama 3-5 hari, seluruh komunitas yang ada di dalam ekosistem JIS dapat berpartisipasi secara aktif sambil belajar keragaman budaya dari berbagai daerah di Indonesia.

Seluruh peserta akan diajak menggunakan bahasa Indonesia selama acara berlangsung, mengikuti workshop budaya seperti seni tari dan musik tradisional, membuat kuliner lokal, hingga mengenakan baju adat dari berbagai daerah di Tanah Air.

2. JIS Bhineka Tunggal Ika Scholarship Program

Sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap pendidikan Indonesia, sejak 2016 lalu JIS membuka kesempatan kepada pelajar Indonesia, khususnya di Jabodetabek, untuk mengikuti program beasiswa Bhinneka Tunggal Ika (BTI). Terbuka untuk siswa kelas 8-10, beasiswa ini terbuka lebar untuk siswa kelas 8-10 yang berprestasi di bidang akademik, seni, atletik, dan aktif di komunitas.

Selain bebas biaya pendidikan hingga lulus SMA, Bhineka Tunggal Ika Scholarship Program juga mencakup biaya makan, transportasi, dan pendukung pelajaran lainnya.

“Visi dan misi JIS, yaitu belajar di Indonesia untuk menjadi yang terbaik di dunia. Inilah dasar mengapa ada BTI, untuk mengajak pelajar Indonesia belajar di JIS, kemudian melanjutkan kuliah di luar negeri, dan kembali ke Indonesia untuk berbakti kepada negara dan bermanfaat untuk masyarakat,” jelas Head of High School Counseling Department, Joe Tavares.

“Jangan khawatir, sebagai sekolah yang berada di Indonesia, JIS juga meng-cover kurikulum Indonesia dan mengikuti peraturan pemerintah Indonesia. Kami menggunakan kurikulum kolaborasi, selain kurikulum internasional IB dan AP, tetapi untuk siswa WNI diwajibkan berdasarkan kurikulum nasional untuk mata pelajaran wajib yakni Bahasa Indonesia, Agama, dan PPKN,” tambahnya.

3. Innovative Schools Programme untuk guru Indonesia

Tidak hanya siswa, JIS juga berkomitmen untuk ikut aktif meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dengan mendukung guru di berbagai sekolah melalui Innovative Schools Programme (ISP). Dikembangkan pertama kali oleh Yayasan Emmanuel pada 2009, JIS mulai aktif bergabung ke dalam Innovative Schools Programme pada tahun 2013.

Melalui program ini, 50 guru dari JIS menjadi sukarelawan untuk berbagi pengalaman hingga memberikan ide-ide pengajaran interaktif kepada guru sekolah dasar di Jakarta. Terbagi menjadi 10 workshop, topiknya meliputi manajemen kelas, mengembangkan keterampilan, dan strategi pengajaran yang inovatif–termasuk untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dan matematika. Setelah menyelesaikan program, peserta akan menerima sertifikat dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

Baca juga: Menerapkan Sustainable Development di Dunia Pendidikan, Seberapa Penting?

4. Belajar budaya Indonesia lewat ekstrakurikuler

Gamelan menjadi salah satu alat musik yang dipelajari lewat ekstrakurikuler di JIS. Melalui program Elementary Student Gamelan Club, klub gamelan ini akan mengajarkan permainan gamelan dari dasar hingga siswa lancar memainkan sebuah pertunjukkan musik tradisional Jawa kepada para siswa sekolah dasar. Bahkan tak sedikit siswa yang akhirnya ambil bagian di berbagai acara untuk memamerkan kepiawaiannya bermain gamelan, baik di dalam maupun luar negeri.

5. Membaur dengan masyarakat lewat Service Club dan Service Partner

Melalui Service Club dan Service Partner, sejak jenjang sekolah dasar hingga SMA, JIS mengajak siswanya untuk aktif terjun dan berinteraksi langsung dengan masyarakat yang ada di sekitar lingkungan sekolah.

JIS memiliki lebih dari 30 organisasi yang dipimpin para siswa, mulai dari klub kemanusiaan untuk membantu anak-anak kurang beruntung hingga kelompok lingkungan yang mengadvokasi lingkungan yang lebih sehat.

Lewat kelompok layanan ini, siswa didorong untuk melakukan berbagai kegiatan yang berbeda dan untuk menginvestasikan upaya dan semangat mereka untuk berkontribusi kepada masyarakat sekitar. Selain itu, lewat berbagai kegiatan sosial ini, JIS juga berupaya menumbuhkan sifat positif seperti kasih sayang dan empati, saling menghargai, sifat berani, hingga menjadi garda depan “penjaga” lingkungan.

Menerapkan Sustainable Development di Dunia Pendidikan, Seberapa Penting?

Menerapkan Sustainable Development di Dunia Pendidikan, Seberapa Penting? – Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) tidak selalu berfokus pada aspek lingkungan, namun juga perlu didukung oleh komponen lain, salah satunya dunia pendidikan.

Biasa disebut Education for Sustainable Development (ESD), menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan dalam pembelajaran bertujuan untuk memberdayakan para peserta didik menjadi pribadi yang mampu mengambil keputusan dan tindakan tepat serta bertanggung jawab. Mereka bisa menyadari bahwa sebuah aksi dapat berpengaruh pada kondisi prisonersamongus lingkungan, sosial, dan ekonomi di masa ini maupun mendatang.

Dalam sebuah disertasi yang diterbitkan Universitas Gadjah Mada, disebutkan pula bahwa pendidikan merupakan instrumen komunikasi yang efektif untuk mengajak generasi muda menciptakan masa depan yang lebih baik. Misalnya, melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, para siswa dapat mengetahui fenomena perubahan iklim dan dampaknya. Harapannya, mereka bisa lebih berempati untuk menjaga bumi.

Jakarta Intercultural School (JIS) menjadi sekolah yang berupaya menerapkan hal tersebut. Dalam pembelajaran, JIS akan mengajak siswanya untuk menciptakan perubahan positif menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Harapannya, isu-isu global terkait perdamaian dunia, kesetaraan gender, transisi energi, perubahan iklim, polusi udara dan air, pengurangan risiko bencana, dan keanekaragaman hayati dapat cepat diselesaikan.

“Ini (menerapkan pembangunan berkelanjutan dalam pendidikan) berarti mengembangkan kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah (yang disebabkan oleh tantangan global).

Sehingga, mereka bisa mempunyai perspektif yang berbeda (terhadap masa depan),” jelas JIS Middle School Health Teacher, Rae Merrigan, dalam sebuah episode The JIS Podcast.

Rae juga mengatakan, JIS menaungi siswa dan pengajar dari berbagai latar belakang di seluruh dunia.

Dengan perbedaan tersebut, siswa terbiasa berpikir melalui berbagai perspektif untuk membangun komunitas yang mendukung tercapainya 17 Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Tak hanya itu, membawa pemahaman SDGs ke dalam kelas berarti mengajak siswa untuk sadar bahwa tindakan mereka hari ini berdampak pada masa depan. Jika pola pikir siswa telah dibentuk untuk lebih menyayangi lingkungan, kehidupan yang lebih baik puluhan tahun mendatang pun bisa terwujud.

“Mungkin kita hanya melakukan satu langkah kecil. Namun, ketika langkah tersebut dilakukan oleh banyak orang, ia akan membawa sebuah perubahan yang besar,” lanjut Rae.

Dalam kesempatan yang sama, JIS Middle School Science Teacher, Adam Fox, menjelaskan bahwa JIS mempunyai serangkaian program yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Program-program ini disesuaikan dengan permasalahan lingkungan yang terjadi di sekitar sekolah. Bersama para pengajar, siswa akan dibimbing untuk memikirkan solusi yang bisa dilakukan guna menyelesaikan masalah tersebut.

“Pada 2019, kami bertemu dengan sosok masyarakat inspiratif. Mereka mempunyai rencana yang berkaitan dengan SDGs dan bagaimana JIS dapat mengambil peran dalam rencana tersebut. Project pertama adalah apa yang bisa kami lakukan untuk mengatasi polusi air,” ungkap Adam.

Adam bercerita, karena kebanyakan siswa tinggal di Jakarta, permasalahan ini dapat dengan mudah dipahami. Setelah mengetahui penyebab polusi tersebut, para siswa JIS diajak untuk menghadirkan solusi ketersediaan air bersih.

“Tidak harus untuk minum, minimal air bersih untuk mencuci tangan. Kami (akhirnya) menyediakan pompa penyaringan agar ketersediaan air bersih dapat terus ada,” jelas Adam.

Selain terjun langsung ke masyarakat, JIS juga menggandeng non-governmental organization (NGO) atau lembaga, komunitas, maupun organisasi yang aktif dalam mengupayakan pemberdayaan masyarakat.

Berbeda dengan menghadirkan sebuah solusi secara langsung, JIS secara proaktif menanyakan terlebih dahulu permasalahan yang sedang dihadapi NGO tersebut. Selanjutnya, para siswa, pengajar, serta perwakilan dari NGO akan berdiskusi untuk mencari jalan keluar.

Adam mengatakan, siswa SMA JIS pernah mempelajari pertanian organik untuk menyediakan bahan pangan yang bergizi bagi ibu hamil di suatu NGO.

“(Lewat program ini) siswa tak hanya bisa merasakan sendiri bagaimana sebuah bahan pangan diproduksi, mereka pun dapat berinteraksi dengan komunitas terkait perkebunan hingga penjualan (bahan pangan) tersebut,” ucapnya.

Itu artinya, memfasilitasi para siswa untuk mendukung pembangunan berkelanjutan lewat dunia pendidikan sama saja mendorong aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan secara seimbang dan terintegrasi. Dengan begitu, resolusi PBB ‘Mengubah dunia kita: Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan’ pun dapat cepat terwujud.

Baca juga: Alasan Bahasa Inggris Penting untuk Diajarkan pada Anak Usia Dini

Ke depannya, JIS akan terus berkomitmen dalam mendukung pembangunan berkelanjutan.

“(Misalnya) project untuk permasalahan stunting di Indonesia, atau project di Kalimantan yang berfokus pada pengelolaan ekosistem hutan hujan,” jelas Adam.

Bagi Adam, membawa perspektif pembangunan berkelanjutan ke kelas juga dapat mengubah sudut pandangnya sebagai individu. Para guru diharapkan tak sekadar membacakan teori terkait SDGs, tapi juga ikut menerapkannya bersama siswa.

“Salah satu bagian terbaik (dari mengajarkan pembangunan berkelanjutan kepada siswa) adalah perubahan yang dibawa hari ini, berdampak besar di masa depan. Para siswa akan menjadi influencer yang bisa mengajak lebih banyak orang (untuk lebih peduli pada bumi),” pungkasnya.

Dengarkan lebih banyak program-program Jakarta Intercultural School yang inspiratif dan inovatif lewat The JIS Podcast yang telah hadir di Spotify. Bersama para siswa, pengajar, dan staf sekolah JIS, podcast ini akan mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan dunia pendidikan, perkembangan anak, hingga komitmen JIS dalam mewujudkan generasi muda menjadi versi terbaik bagi dunia.

Seberapa Penting Menyiapkan Dana Pendidikan Anak?

Seberapa Penting Menyiapkan Dana Pendidikan Anak? – Biaya pendidikan hampir dipastikan meningkat setiap tahunnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata kenaikan biaya pendidikan mencapai 10 persen per tahun. Hal ini tentu membuat orang tua perlu memastikan dana pendidikan anak selalu cukup, untuk menghadapi tahun ajaran baru anak sekolah yang biasanya menyedot banyak biaya.

Ya Moms, memastikan masa depan anak dengan memberikan pendidikan terbaik tentu menjadi salah satu tujuan finansial Anda dan suami. Oleh karena itu, menurut Wealth Management Division Head Bank OCBC NISP, Juky Mariska, penting bagi orang tua untuk mempersiapkan dana pendidikan dengan pengelolaan yang tepat, apalagi jika Anda punya rencana prisonersamongus untuk menyekolahkan anak sampai ke luar negeri.

“Setiap orang punya life goals yang berbeda-beda, bagi mereka yang sudah menikah misalnya, punya rencana buat punya rumah, kemudian pas punya anak tujuannya berubah menjadi mempersiapkan kebutuhan anak termasuk dana pendidikan,” kata Juky dalam acara offee Chit-Chat with ON bersama OCBC NISP di First Crack Coffee, Rabu (7/9).

Pentingnya Menyiapkan Dana Pendidikan Anak Sejak Dini

Kenaikan biaya pendidikan yang semakin meningkat setiap tahunnya menjadi alasan penting ibu dan ayah perlu mempersiapkan dana pendidikan anak sejak dini, salah satunya dengan menabung. BPS mencatat inflasi dari sektor pendidikan di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 1,2 persen. Sedangkan uang pangkal masuk sekolah di Indonesia juga mengalami kenaikan setiap tahunnya.

“Kalau tanpa menabung pasti ada saja keperluan di tengah kehidupan. Sehingga, menabung itu penting supaya (mereka) yang punya tujuan finansial itu lebih berkomitmen untuk menyisihkan dana,” lanjut Juky.

Menurutnya, banyak masyarakat Indonesia yang sudah sadar akan kepentingan menabung untuk masa depan. Menurut hasil Financial Fitness Index Bank OCBC NISP 2022, sebanyak 46 persen masyarakat Indonesia menabung secara rutin minimum 20 persen dari pendapatan. Namun, sering kali mereka patah arang di tengah jalan karena tabungannya ternyata tidak sesuai dengan harga kenaikan barang. Artinya, mempersiapkan dana pendidikan anak tidak cukup hanya dengan menabung, Moms.

Baca juga: Apa Itu Playdate serta Manfaatnya bagi Anak?

Hal ini tergantung pada jangka waktu persiapan dana. Semakin singkat jangka waktunya, mungkin tabungan atau deposito akan menjadi pilihan yang lebih aman dan tepat. Sementara, jangka waktu yang lebih panjang mungkin akan cocok dengan pilihan instrumen investasi lebih luas yang sesuai dengan profil risiko. Berinvestasi yang terencana sesuai dengan profil risiko dapat membantu Anda untuk mencapai tujuan finansial dengan lebih optimal, termasuk soal persiapan dana pendidikan si kecil.

“Kuncinya adalah rutin dalam berinvestasi dan tentukan jangka waktu investasinya. Yang terpenting selalu ingat bahwa financially fit itu dimulai dari meningkatkan pemahaman dasar, memperbaiki kebiasaan manajemen keuangan yang salah dan meluruskan mindset terkait finansial yang keliru,” pungkas Juky.

Menjunjung Tinggi Budaya di Lingkungan Sekolah

Menjunjung Tinggi Budaya di Lingkungan Sekolah – Pada umumnya sekolah merupakan tempat untuk membentuk karakter seseorang untuk menjadi lebih cerdas, berpendidikan, dan berkarakter. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan melakukan kebiasaan yang di mana jika hal itu dilakukan bisa menjadi budaya tersendiri saat menjalani pendidikan sekolah.

Untuk menerapkan budaya, maka perlu bagi kami para siswa/i untuk melakukan tindakan yang positif di lingkungan sekolah. Dengan melakukan nilai baik di sekolah, hal ini bisa merubah karakter seseorang menjadi lebih baik.

Kebiasaan prisonersamongus yang sering diterapkan pada lingkungan sekolah bisa dilihat dari beberapa hal.

Kesopanan

Hal ini sudah menjadi rahasia umum untuk setiap keadaan selalu menjaga sopan santun, kebiasaan ini sudah biasa dilakukan di lingkungan sekolah saya sejak lama. Dengan komitmen yang diterapkan sekolah saya yang berbunyi ‘senyum,salam,sapa’ membuat kami selalu menjaga kesopanan terhadap sesama, dan dari hal ini juga bisa memberikan dampak positif dalam lingkungan sekolah.

Melaksanakan Tata Tertib Peraturan Sekolah

Setiap sekolah pasti memiliki pertaruan tersendiri untuk diterapkan kepada murid. Tata tertib yang diterapkan kepada siswa/i dilakukan agar kami memiliki nilai disiplin dalam menghadapi pembelajaran di sekolah. Saat siswa/i melakukan tata tertib dengan baik dan benar, maka hal itu bisa memberikan dampak baik dalam waktu yang lama. Di sekolah saya sendiri, ada tata tertib seperti wajib memakai dasi saat upacara, memakai seragam sesuai dengan jadwal, datang tepat waktu, dan lainya.

Keragaman Budaya Daerah

Di lingkungan sekolah kami tidak hanya belajar dari kebiasaan yang sudah lama kami terapkan. Akan tetapi, kami juga belajar mengenai budaya daerah. Budaya daerah Jawa Barat ini diterapkan di sekolah saya dari awal sekolah saya dibangun. Karena sekolah kami berlokasi di kota Bekasi yang dimana kota Bekasi sendiri masih termasuk dalam wilayah Jawa Barat.

Upaya sekolah saya dalam menjaga budaya Jawa Barat bagi siswa/i wajib memakai pakaian daerah Jawa Barat di setiap hari Rabu. Bagi wanita memakai seragam full kebaya dan bagi pria wajib memakai baju pangsi hitam maupun putih, lengkap dengan totopong di atas kepala.

Pada momen tertentu, seperti hari ulang tahun sekolah atau ulang tahun Jawa Barat, sekolah kami juga turut mengadakan acara dengan diadakanya lomba yang bertemakan daerah Jawa Barat. Dimeriahkan dengan kegiatan pawai mengelilingi lingkungan sekolah memakai properti daerah Jawa Barat.

Baca juga: Game Pintar untuk Anak yang Mengedukasi

Keagamaan

Tidak hanya budaya jasmani, tetapi budaya keagamaan diterapkan di sekolah saya. Dengan melakukan kebiasaan keagamaan, bisa menanamkan sikap keberagaman pada setiap siswa/i. Hal keagamaan yang biasa kami lakukan seperti mengaji bersama di lapangan setiap Jumat, berdoa sebelum belajar, serta melakukan kewajiban bagi setiap agama.

9 Jenis Layanan Bimbingan Konseling di Pendidikan yang Wajib Diketahui

9 Jenis Layanan Bimbingan Konseling di Pendidikan yang Wajib Diketahui – Saat menempuh pendidikan sekolah menengah, kita pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah guru BK atau Bimbingan Konseling.

Bimbingan Konseling adalah bantuan dari seorang ahli untuk peserta didik dengan cara tatap muka.

Tujuannya sendiri jelas untuk membantu peserta didik berkembang secara optimal.

Nah, di artikel kali ini, kita akan membahas jenis-jenis layanan bimbingan konseling secara rinci.

9 Jenis Layanan Bimbingan Konseling di Pendidikan

Selama ini kita mengira bimbingan konseling hanya mempunyai satu jenis saja. Padahal, dikutip dari buku Dasar-Dasar Konseling karya Drs. Abu Bakar M. Luddin, ada 9 jenis prisonersamongus.com layanan bimbingan konseling yang harus kamu ketahui.

1. Layanan Orientasi

Layanan ini ditujukan untuk siswa baru guna memberi pemahaman dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah yang baru saja dimasuki. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan orientasi adalah fungsi pemahaman dan pencegahan.

2. Layanan Informasi

Layanan ini bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk peserta didik, contohnya mengenal diri.
Sama seperti layanan orientasi, fungsi utama bimbingan yang didukung adalah fungsi pemahaman dan pencegahan.

3. Layanan Penempatan dan Penyaluran

Bertujuan untuk memperoleh tempat yang sesuai bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya. Fungsi utama yang didukung adalah pencegahan, pemahaman, pengentasan, advokasi, pengembangan dan pemeliharaan.

4. Layanan Penguasaan Konten

Bertujuan untuk memungkinkan siswa memahami serta mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan kecepatan yang cocok.

Fungsi utama yang didukung adalah pemahaman, pencegahan, pengentasan, pengembangan dan pemeliharaan.

5. Layanan Konseling Perorangan

Bertujuan agar siswa mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan konselor dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien.

6. Layanan Bimbingan Kelompok

Memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan acuan untuk mengambil keputusan. Fungsi utama yang didukung adalah fungsi pemahaman dan pengembangan.

7. Layanan Konseling Kelompok

Memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok. Fungsi utama yang didukung ialah fungsi pengentasan.

Baca juga: 5 Kampus Terbaik di Asia untuk Jurusan Kuliah Psikologi

8. Layanan Konsultasi

Memungkinkan siswa memperoleh wawasan pemahaman dan cara yang perlu dilakukan dalam menangani kondisi atau permasalahan pihak ketiga. Fungsi utama yang didukung ialah fungsi pemahaman dan pengentasan.

9. Layanan Mediasi

Terakhir, bertujuan untuk membantu siswa mencapai kondisi hubungan yang kondusif dsn positif. Fungsi utamanya ialah fungsi pemahaman dan pengentasan.

Nah, itu dia 9 jenis layanan bimbingan konseling di institusi pendidikan yang perlu kamu ketahui. Semoga bermanfaat ya!

Melawan Kebijakan Irasional dan Otoriter dalam Dunia Pendidikan

Melawan Kebijakan Irasional dan Otoriter dalam Dunia Pendidikan – Dunia pendidikan belakangan ini jadi sorotan dan santer dibicarakan oleh berbagai kalangan, baik kalangan yang ada di tongkrongan warung kopi, tongkrongan para pelajar dan mahasiswa, tongkrongan para ibu-ibu rumah tangga, tongkrongan para praktisi pendidikan, maupun tongkrongan para elite politik—dalam hal ini yang mempunyai hak dan wewenang untuk membuat suatu kebijakan.

Para kalangan ini saling menyoroti terkait kebijakan dan peraturan yang dibuat serta dikeluarkan oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat yang membuat suatu aturan dan kebijakan baru dalam dunia pendidikan yang ada di daerahnya.

Di mana dia membuat suatu kebijakan siswa SMA/SMK sederajat harus berangkat ke sekolah pukul 05.00 pagi. Kebijakan itu langsung diuji coba di sepuluh sekolah—meski kebijakan tersebut kemudian direvisi menjadi jam 05.30 WITA.

Kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi tersebut menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Tetapi dalam hal ini massa yang kurang setuju dan cenderung melawan kebijakan tersebut menilai bahwa kebijakan yang dikeluarkan Gubernur NTT tersebut tidak berlandaskan atau tidak berpijak terhadap penelitian keilmiahan dan cenderung ngawur dalam membuat sebuah keputusan.

Bagaimana tidak, Gubernur membuat kebijakan di mana ia memerintahkan para siswa masuk sekolah pukul 5 pagi dengan alasan bahwa sang gubernur ingin melatih dan membentuk karakter siswa/i SMA/SMK serta melatih etos kerja yang ada di Nusa Tenggara Timur.

Niat awal yang diinginkan oleh gubernur sebenarnya baik karena ingin melatih karakter siswa agar lebih disiplin dan bisa bertanggung jawab. Akan tetapi niat awal yang baik tersebut tidak didukung oleh berbagai hal yang membuat niat tersebut menjadi salah kaprah dalam bertindak.

Begitu banyak aspek yang membuat keputusan gubernur tersebut sangat layak untuk dikritisi sekaligus dilawan. Dari kebijakan tersebut kita bisa menilai dari sisi psikologisnya terlebih dahulu. Dampak dari kebijakan tersebut sangat memungkinkan menghasilkan efek yang buruk bagi siswa itu sendiri.

Kebijakan berangkat ke sekolah pukul 05.00 pagi dapat berdampak terhadap kondisi fisik, emosi, dan kognitif para siswa. Jika dilihat dalam segi kondisi fisik, kebijakan tersebut dapat mempengaruhi kualitas tidur para siswa sehingga dapat memengaruhi kondisi fisiknya.

Disisi lain, penambahan jam sekolah juga berakibat terhadap siswa yang nantinya menjadi kelelahan akut terhadap anak yang bisa menurunkan imunitas tubuh sehingga sangat rentan terhadap penyakit serta belajar menjadi tidak fokus.

Dikutip dari tempo.co, kebijakan masuk sekolah pukul 05.00 pagi juga memiliki dampak terhadap segi emosi anak. Mereka harus bangun lebih pagi dari biasanya yang hal tersebut justru tidak mudah. Juga dengan orang tua yang bisa sewaktu-waktu tersulut emosinya ketika melihat sang anak belum siap untuk berangkat ke sekolah.

Terdapat lingkaran persoalan emosi negatif dalam kondisi seperti itu. Belajar di sekolah yang seharusnya diawali dengan emosi positif yang penuh akan harapan dan motivasi, malah menjadi emosi yang negatif yang penuh ketakutan dan kekhawatiran.

Jikalau hal ini berlangsung begitu lama muncul kekhawatiran yang nantinya ditakutkan para siswa ini hilang motivasinya untuk belajar di sekolah. Guru pun juga begitu lama-lama akan merasa capek dan hilang motivasinya untuk memberikan pengajaran terhadap siswanya. Sehingga hak-hak mendapatkan pengajaran yang baik bagi para siswa kurang terpenuhi karena kondisi dan keadaan tersebut.

Dalam segi kognitif kebijakan tersebut juga memberi dampak yang buruk. ebijakan berangkat sekolah lebih pagi dapat mempengaruhi aspek kognitif pada anak dikarenakan dalam hal ini otak manusia itu akan berfungsi secara optimal apabila kondisi badan dalam keadaan sehat dan bahagia.

Apabila siswa dalam belajar otaknya tidak dalam kondisi yang optimal dalam hal ini sehat dan bahagia, maka akan terjadi suatu degradasi terhadap kualitas literasi dan numerasi serta dalam pengambilan suatu keputusan akibat dikeluarkannya kebijakan tersebut.

Dalam faktor lainnya, misalkan dalam segi keamanan. Masuk sekolah pukul 05.00 pagi juga rentan terhadap keamanan para siswa itu sendiri. angit yang masih gelap dan sang surya belum menampakkan sinarnya berdampak pada segi keamanan siswa saat hendak berangkat menuju sekolah.

Karena kondisi yang masih gelap sangat berisiko terhadap siswa, yang ditakutkan nanti ketika siswa menuju ke sekolah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan misalnya pembegalan atau tindakan kejahatan lainnya.

Dalam segi fasilitas umum dan transportasi juga dinilai kurang memadai dan kurang menopang kebijakan yang dikeluarkan oleh Gubernur Viktor. ada jam tersebut transportasi umum belum beroperasi sehingga sangat menyulitkan para siswa yang berangkat ke sekolah naik transportasi umum dan jarak tempuh dari rumah ke sekolah cukup jauh.

Kebijakan ini dikeluarkan juga tidak melibatkan partisipasi dari berbagai pihak, utamanya para pelajar itu sendiri yang menerima konsekuensi dari adanya kebijakan tersebut. eharusnya para pelajar tersebut juga mendapatkan hak belajarnya secara merdeka sesuai dengan arahan pemerintah saat ini bahwa belajar itu harus merdeka dan merdeka untuk belajar.

Prinsip dasar daripada merdeka belajar ialah menempatkan para pelajar tersebut dalam posisi yang merdeka dan memerdekakan. Dalam hal ini, pelajar diberikan ruang yang seluas-luasnya dan selebar-lebarnya untuk bisa mengeksplor serta memiliki kesempatan untuk ikut serta merancang peta jalan pembelajarannya.

Sejatinya pendidikan di Indonesia itu harusnya berpatok dan tidak terlepas dari semangat api perjuangan Ki Hajar Dewantara, yakni keteladanan (ing ngarsa sung tuladha), pembangunan semangat (ing madya mangun karsa), dan pemberdayaan (tut wuri handayani).

Baca juga: Teknologi Bisa Permudah Belajar Matematika

Menuntut ilmu atau belajar di sekolah seharusnya memberikan semangat dan membangun gairah belajar yang asyik dan menyenangkan serta memberikan seluas-luasnya terhadap ruang kemerdekaan. Bukan malah menjadi sumber ketakutan dan rasa kekhawatiran.

Kebijakan yang dibuat Gubernur Viktor begitu irasional dan cenderung otoriter. Karena sejatinya peserta didik di sini dijadikan sebagai subjek dalam pengambilan kebijakan yang harapannya nanti memberikan dampak baik terhadap mereka justru mereka malah dijadikan sebagai objek suatu kebijakan terkait pendidikan. Para pelajar di NTT tersebut menjadi kelinci percobaan dari kebijakan yang dibuat sang gubernur.

Karena kebijakan yang dibuat tersebut tidak melibatkan para pelajar yang ada di NTT. Oleh sebab itu, sudah seharusnya para pelajar harus menyuarakan aspirasi penolakannya karena dirasa kebijakan tersebut dinilai merugikan terhadap diri mereka secara kolektif. Hal itu dilakukan semata-mata untuk kepentingan peserta didik sendiri di masa depan.

Sudah saatnya dan seharusnya pelajar yang ada di NTT dan di seluruh Indonesia agar tidak diam dan menerima begitu saja praktik-praktik irasional dan otoriter dalam dunia pendidikan. Para pelajar harus berani menyuarakan dan memperjuangkan nilai-nilai luhur yang baik dan menentang tindakan semena-mena.

Jika perlu, lakukan konsolidasi kekuatan secara serius. Serta memperjuangkan gagasan dan pemikirannya dengan cara bergotong-royong.

Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah Dasar

Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah Dasar – Manajemen Berbasis Sekolah dalam suatu sistem pendidikan adalah desentralisasi yang konsisten dan sistematis sampai kepada kewenangan dan tanggung jawab tingkat sekolah untuk mengambil keputusan atas persoalan-persoalan penting yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan di sekolah dalam kerangka tujuan, kebijakan, kurikulum, standar dan akuntabilitas yang ditentukan secara terpusat.

Manajemen berbasis sekolah merupakan reformasi pendidikan yang populer sebagai cara untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan. Manajemen berbasis sekolah memungkinkan orang-orang yang bekerja di sekolah untuk membuat keputusan tentang bagaimana uang dibelanjakan, siapa yang dipekerjakan, dan bagaimana pembelajaran disampaikan kepada siswa. Meskipun tujuan dan standar ditentukan prisonersamongus.com oleh pusat, manajemen berbasis sekolah memungkinkan proses yang digunakan untuk mencapai hasil dibuat di tingkat sekolah.

Pendukung manajemen berbasis sekolah berpendapat bahwa sistem pendidikan harus mendesentralisasi otoritas pengambilan keputusan untuk meningkatkan kinerja sekolah. Pendapat ini didukung oleh alasan bahwa pendidik di sekolah adalah orang yang paling dekat dengan siswa sehingga mereka berada pada posisi terbaik untuk menilai kebutuhan siswa dan merancang program pendidikan untuk memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, guru dan lainnya juga akan memperoleh rasa kepemilikan yang lebih besar terhadap peningkatan kinerja sekolah jika mereka terlibat langsung dalam pengambilan keputusan. Alasan lainnya adalah pengambilan keputusan secara desentralisasi juga akan meningkatkan efektivitas penggunaan sumber daya yang terbatas. Sekolah dengan manajemen berbasis sekolah dapat merancang sumber dayanya seperti dana untuk pengembangan pendidikan dan tenaga kependidikan, serta fasilitas belajar untuk memenuhi kebutuhan setempat.

Manajemen berbasis sekolah yang merupakan desentralisasi kewenangan dari pemerintah pusat ke tingkat sekolah, secara konseptual dapat dianggap sebagai perubahan formal dari struktur pemerintahan.

Perubahan ini sebagai bentuk desentralisasi mengidentifikasi sekolah individu sebagai unit utama pembangunan dan bergantung pada redistribusi otoritas pengambilan keputusan sebagai cara utama di mana perbaikan dapat distimulasi dan dipertahankan.

Manajemen berbasis sekolah melibatkan pengalihan beberapa tanggung jawab dan pengambilan keputusan untuk operasi sekolah kepada kombinasi kepala sekolah, guru, orang tua, dan anggota komunitas sekolah lainnya. Manajemen berbasis sekolah dilaksanakan dalam upaya memberikan kekuasaan kepada kepala sekolah dan guru. Kekuasaan yang diberikan dapat memperkuat motivasi profesional mereka sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan rasa kepemilikan kepala sekolah dan guru terhadap sekolahnya. Selain itu, manajemen berbasis sekolah melibatkan masyarakat setempat dengan cara yang berarti untuk membuat keputusan tentang sekolah setempat. Dengan demikian, manajemen berbasis sekolah dapat meningkatkan kecepatan dan relevansi pengambilan keputusan di tingkat sekolah.

Dalam manajemen berbasis sekolah, kepala sekolah, guru, dan seringkali orang tua dan siswa diberdayakan untuk membuat keputusan yang mempengaruhi cara sekolah dikelola dan pembelajaran disampaikan kepada siswa. Manajemen berbasis sekolah adalah penerapan teori manajemen bisnis modern pada sistem sekolah yang berupaya menempatkan tanggung jawab maksimum untuk perencanaan pendidikan, akuntabilitas, dan pengelolaan sumber daya manusia dan material pada individu pegawai sekolah. Manajemen berbasis sekolah memungkinkan sekolah untuk mengalokasikan sumber daya mereka yang terbatas dengan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan sekolah, staf dan komunitas sekolah. Manajemen berbasis sekolah melibatkan perimbangan akuntabilitas pengambilan keputusan antara sekolah dan kabupaten. Hal ini berarti bahwa kebijakan, isi, dan apa yang termasuk dalam pembelajaran ditentukan oleh tingkat daerah, sedangkan strategi, proses, dan bagaimana program pembelajaran akan disampaikan ditentukan di tingkat sekolah. Sekolah bertanggung jawab untuk mengambil keputusan tentang dana dan alokasinya untuk pengajaran dan tenaga kependidikan, peralatan, pengembangan tenaga kependidikan dan kependidikan, transportasi, dan buku pelajaran. Daerah akan mengalokasikan sumber daya untuk setiap sekolah berdasarkan jenis atau jenjang sekolah, jumlah siswa, dan jenis program pengajaran yang dibutuhkan di sekolah tersebut. Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah mencakup pertimbangan dan norma budaya di sekolah yang berkaitan dengan peran dan perilaku kepala sekolah dan guru yang dapat diterima.

Tujuan dari manajemen berbasis sekolah adalah otonomi, fleksibilitas, efisiensi, produktivitas dan akuntabilitas yang mengarah pada keuntungan, kualitas dan efisiensi. Tujuan akhir dari model desentralisasi dalam kebijakan pendidikan adalah untuk menciptakan organisasi pembelajaran dan lingkungan belajar yang efektif untuk meningkatkan prestasi akademik dan meningkatkan kualitas siswa.

Keberhasilan model manajemen berbasis sekolah terletak pada penerapan akses, keseimbangan, dan pemerataan sosial yang mempengaruhi keseluruhan pola keseimbangan kesempatan pendidikan dalam budaya global.

Masalah utama dalam penerapan manajemen berbasis sekolah di sekolah dasar adalah mengenai peran dan tanggung jawab. Sejauh mana kepala sekolah melibatkan dan mendukung pendidik dan tenaga kependidikan dalam memberikan saran sangat penting. Pendelegasian tanggung jawab kepada masing-masing sekolah berarti kontrol yang lebih besar atas anggaran sekolah. Di dalam sekolah, tanggung jawab penganggaran biasanya dilimpahkan kepada kepala sekolah yang merupakan masukan dari warga sekolah. Salah satu unsur yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah adalah sejauh mana berbagai jenis keputusan telah didesentralisasikan di dalam sekolah. Dalam beberapa situasi, otoritas pengambilan keputusan telah didelegasikan terutama kepada kepala sekolah. Di beberapa sekolah, beberapa bentuk dewan sekolah merupakan kekuatan yang dominan dan selain dewan sekolah tidak terlibat secara substansial.

Baca juga: FKG Universitas Moestopo Berkomitmen Beri Pendidikan Terbaik

Elemen kunci dari desentralisasi sistem sekolah adalah mengizinkan masing-masing sekolah untuk menganggarkan dan membelanjakannya. Keputusan pendanaan mendukung banyak keputusan-keputusan yang lainnya. Keputusan untuk mempekerjakan karyawan didelegasikan ke tingkat sekolah sampai batas tertentu.

Pembatasan yang diperlukan pada rasio siswa dengan guru dan persyaratan untuk jenis guru tertentu (seperti guru pendidikan khusus) akan membatasi fleksibilitas dalam mempekerjakan atau menugaskan staf pengajar.

Paradigma Pendidikan Holistik

Paradigma Pendidikan Holistik – Keluarga, sekolah, dan lingkungan merupakan tiga komponen utama dalam proses pendidikan yang berkesinambungan. Ketiganya terlibat membentuk karakter peserta didik dalam porsi relatif berbeda.

Kecuali lembaga pendidikan berasrama seperti pesantren atau boarding school, di mana peran ketiga elemen tersebut nyaris melekat seluruhnya pada institusi selama proses pendidikan berlangsung.

Namun, dalam situasi umum proses pendidikan di Indonesia yang menganut konsep pendidikan beragam, antara yang full day dan boarding, tiga elemen itu seperti punya peran terpisah. Mindset masyarakat kita tentang pendidikan, umumnya menempatkan  prisonersamongus.com institusi resmi, yaitu sekolah, sebagai pusat transfer kognitif atau hal-hal yang bersifat akademis.

Sementara pembentukan karakter seolah diserahkan kepada keluarga dan lingkungan. Padahal, peran ketiganya tidak harus terpecah dalam dikotomi sempit yang justru menghambat proses optimalisasi pendidikan. Keluarga, sekolah, dan lingkungan secara fungsional semestinya mengelaborasi semua fungsi pendidikan di mana pun ketiga ‘institusi’ ini dapat menjangkau peserta didik.

Dampak dari dikotomi tersebut sangat terlihat di masa-masa adaptasi pembelajaran akibat COVID-19 ini.

Orang tua dan lingkungan tampak gagap ketika anak harus belajar secara virtual, school from home.

Institusionalisasi pola pikir bahwa sekolah tempat belajar akademik dan keluarga serta lingkungan tempat belajar karakter, mengakibatkan ada yang terputus dalam proses transfer nilai dan ilmu pengetahuan terhadap anak-anak kita. Paling kentara, terlihat dari semangat belajar yang fluktuatif, atau bahkan cenderung lemah ketika berada di lingkungan yang selama ini dilabeli sebagai “bukan sekolah”.

Proses pendidikan semestinya menanamkan nilai dasar pada anak didik, bahwa semua tempat adalah sekolah, semua orang, termasuk teman dan lingkungan adalah guru. Bila ini menjadi paradigma dasar masyarakat kita dalam memposisikan proses pendidikan, maka anak-anak kita punya banyak ruang pembelajaran. Jadi kaya khazanah pengetahuan, wawasan dan bisa terlibat dalam berbagai seleksi nilai maupun karakter yang mereka jumpai sepanjang perjalanan hidup. Paradigma ini, juga menuntun kita melihat bahwa kehidupan merupakan proses pendidikan sepanjang hayat.

Kabar baiknya, beberapa lembaga pendidikan yang memang dikelola lebih modern dan berpikir maju, sudah lama meninggalkan tradisi pemecahan fungsi tiga elemen pendidikan itu. Mengadopsi paradigma pendidikan holistik. Khususnya diterapkan oleh sekolah-sekolah swasta yang kurikulumnya dirancang dan di-develop sesuai intuisi masa depan di mana dinamika ilmu pengetahuan terus berkembang.

Model pendidikan seperti ini pula yang dikembangkan di Insan Cendekia Madani (ICM). Sekolah yang saya dirikan sepuluh tahun yang lalu, mengelaborasi banyak materi pendidikan. Mulai dari pengayaan gagasan dari rahim ideolog dan cendekiawan muslim yang kemudian kita sebut sebagai Prophetic Curriculum, hingga penerapan Kurikulum Cambridge yang terstandardisasi secara internasional.

Pendidikan berkarakter yang direfleksikan melalui integritas intelektual dan kapasitas moral, merupakan buah dari terbangunnya paradigma pendidikan holistik. Sebaliknya, bila dunia pendidikan dipandang secara parsial dan institusional, maka kita akan menemukan banyak cacat moral dan integritas.

Bahkan terhadap orang-orang yang dalam ukuran akademis tergolong berada di kasta tertinggi.

Betapa banyak misalnya, figur yang menyandang gelar akademis tinggi, namun terjerat kasus hukum dan moral. Tidak sedikit pula orang yang memperdagangkan gelar akademik bagai komoditas, karena pandangan parsial terhadap proses pendidikan. Dekadensi moral tidak mengenal stratifikasi akademis. Itulah salah satu akibatnya bila tidak utuh memotret proses pendidikan.

Selain soal paradigma pendidikan holistik yang belum diterapkan sebagai mainstream dunia pendidikan kita, tantangan lain yang kita hadapi adalah mewujudkan pendidikan berkeadilan. Dua hal ini saling bertalian. Pendidikan yang adil tidak akan pernah bisa diwujudkan sepanjang cara pandang kita terhadap pendidikan terkooptasi oleh stratifikasi artifisial. Pendidikan berkeadilan hanya bisa diwujudkan dengan mengubah dasar paradigma kita terhadap proses pendidikan yang mengintegrasikan tiga komponen: Keluarga, sekolah lingkungan.

Pendidikan berkeadilan berarti soal akses. Pendidikan berkeadilan adalah menjamin semua input dalam proses pendidikan bisa dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Tanpa terkecuali. Tapi bila kita memandang, misalnya, hanya sekolah tempat belajar akademis, artinya secara otomatis di sana terjadi limitasi terhadap akses input.

Ada border kasat mata yang dibangun, sehingga seolah mengirimkan pesan bahwa pencapaian akademis hanya bisa didapat di sekolah. Padahal, belum tentu semua lapisan masyarakat bisa mengakses sekolah tersebut. Dalam bahasa yang lebih teknis, kita tidak mungkin memaksa masyarakat yang memiliki keterbatasan ekonomi untuk mendaftar di sekolah berlabel “unggulan”.

Karena itu, di Insan Cendekia Madani (ICM) yang sejak awal mengusung paradigma pendidikan holistik, selain mengintegrasikan tiga elemen pendidikan, jaringan ICM juga membuka akses melalui beasiswa pendidikan berkualitas. Kuota 20% pendidikan cuma-cuma secara proporsional dan terukur.

Untuk membangun mutu pendidikan, ICM tentu membutuhkan sokongan finansial.

Tapi kebutuhan itu, tidak lantas menjadikan institusi pendidikan sebagai wadah mengakumulasi kapital, atau dalam bahasa yang lebih vulgar, menyimpang dari misi spiritual, sosial, kebudayaan menjadi misi industri berorientasi profit. Tidak.

Baca juga: Mengelola Pendidikan untuk Anak Bangsa

Pada gilirannya, pendidikan berparadigma holistik yang dibangun secara profesional, tumbuh memukau.

Mendapat sambutan luas dari masyarakat dan diapresiasi oleh stakeholders pendidikan. Baik oleh pemerintah maupun Non-Government Organization (NGO).

Yang paling merasakan benefit, tentu saja peserta didik dan orang tua siswa.

Apalagi, institusi bisnis bahkan melihat paradigma pendidikan holistik ini sangat feasible. Sehingga tawaran kerja sama, kemitraan dan kolaborasi datang dari berbagai arah.

Optimalisasi Digital Marketing Bagi Penerbit Buku dalam Modernisasi Pendidikan

Optimalisasi Digital Marketing Bagi Penerbit Buku dalam Modernisasi Pendidikan – Promosi merupakan upaya untuk menyebarluaskan produk yang dimiliki. Pada era digital sekarang ini perkembangan pemasaran atau promosi terus mengalami perkembangan sejalan dengan teknologi yang ada, dengan berkembangnya teknologi banyak peluang baru yang terbuka.
Industri penerbitan telah mengalami banyak perubahan dan evolusi selama bertahun-tahun. Terutama dengan munculnya teknologi digital yang menyebabkan pergeseran dari penerbitan cetak ke penerbitan digital. Disrupsi teknologi telah membawa banyak perubahan bagi industri penerbitan, baik dari segi cara produk dipasarkan maupun cara para pembaca mengakses konten.
Salah satu perubahan terbesar yang terjadi adalah munculnya eBook dan aplikasi pembaca eBook yang memungkinkan para pembaca untuk mengakses buku-buku digital dengan mudah melalui perangkat seluler atau tablet. Ini telah menyebabkan pergeseran dari penerbitan cetak tradisional ke penerbitan digital, dan banyak penerbit yang sekarang menawarkan versi digital dari buku-buku mereka.
PT. Penerbit Erlangga terus berupaya mengikuti arus perkembangan teknologi, produk eBook terus di produksi karena semakin naiknya prisonersamongus.com permintaan masyarakat dan instansi pendidikan akan produk eBook.
Tetapi masih banyak pula yang masih belum mau memakai atau bahkan tidak mengetahui eBook.
Di samping itu, modernisasi juga dapat membantu memperluas akses pendidikan kepada lebih banyak orang. Dengan menggunakan teknologi, sekolah dapat menawarkan program pembelajaran jarak jauh atau kelas daring, yang memungkinkan siswa di lokasi yang jauh atau yang tidak memiliki akses ke sekolah tradisional untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Untuk mendorong masyarakat berpindah dari konvensional ke digital diperlukan promosi yang efektif agar masyarakat paham manfaat digitaliasasi untuk kedepannya. Digital marketing merupakan solusi yang efektif untuk mengatasi ini, digital marketing merupakan pemasaran produk ataupun merek yang dilakukan melalui media digital atau internet.
Pemasaran digital punya banyak kelebihan dibanding pemasaran secara konvensional. Efektivitas digital marketing didukung dengan kebiasaan masyarakat pada saat ini yaitu tidak bisa terlepas dari ponselnya, masyarakat mencari kebutuhan hanya dari rumah dengan menggunakan ponsel mereka.
Menurut Goel ada 5 faktor yang mempengaruhi efektivitas digital marketing
1. Sasaran pasar
Sasaran pasar merupakan faktor terpenting dalam menentukan target pasar karena akan mempengaruhi besarnya biaya promosi yang akan dikeluarkan. Untuk menekan biaya promosi diperlukan efektivitas jangkauan pasar dengan cara fokus pada platform internet mana yang paling banyak kriteria penggunanya sesuai dengan target pasar.
2. Teknologi
Seperti yang kita ketahui, teknologi merupakan pondasi utama dari pemasaran digital, pemanfaatan teknologi terbaru akan mempermudah jangkauan target pasar.
3. Konten
Konten merupakan tempat dimana kita menyebarkan pesan melalui konten yang dibuat. Platform, konten, dan Bahasa harus relatable dengan target pasar.
4. Anggaran
Digital marketing jauh lebih murah dari pemasaran konvensional, tetapi bukan berarti gratis, hanya saja perlu menyiapkan anggaran khusus untuk menyewa layanan iklan di salah satu platform.
5. Media Sosial
banyak bisnis yang terlibat dalam media sosial. Organisasi hari ini tetap dinamis dan catatan jaringan online yang sehat. organisasi juga meminta pekerja mereka melalakukan hal yang sama untuk terhubung dengan klien mereka. Banyak organisasi melakukan promosi melalui jejaring sosial berbasis web dari kelima faktor tersebut, PT. Penerbit Erlangga sudah menjangkau semuanya, optimalisasi web dan konten media sosial gencar dilakukan, ada beberapa hal yang bisa dioptimalkan agar jangakuan digital marketing semakin efektif agar mudah masuk kedalam segmen pasar anak muda yaitu :
1. Pahami selera dan kebutuhan pasar anak muda. Sesuatu yang modern dan simpel dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi anak muda terlebih lagi para gen z. Produk literasi digital dapat menjadi pemasaran yang tepat untuk menjangkau anak muda, hal ini juga dapat mendukung modernisasi pendidikan di Indonesia.
2. Gunakan platform digital yang populer di kalangan anak muda. Instagram dan Tiktok menjadi platform yang populer digunakan di Indonesia, tercatat sebanyak 99,1 orang dan pengguna TikTok di Indonesia rata-rata menghabiskan waktu di TikTok sebanyak 23,1 jam perbulan. Instagram juga tidak kalah banyaknya sebanyak 97,38 juta pengguna Instagram pada oktober 2022 dan jumlah ini terus meningkat.
3. Buat konten yang menarik dan berkualitas. Anak muda sering terpengaruh oleh konten yang menarik, seperti video atau gambar dengan efek visual yang mencolok. konten yang menyajikan informasi yang bermanfaat atau hiburan yang menyenangkan.
4. Jadikan influencer sebagai mitra pemasaran. Anak muda sering terpengaruh oleh influencer yang mereka follow di media sosial. Cari influencer yang tepat untuk bekerja sama dalam mempromosikan produk atau layanan. Saat ini sudah banyak influencer seputar pendidikan hal ini dapat dimanfaatkan untuk mendorong kemajuan modernisasi pendidikan di indonesia sehingga produk digital akan mudah diterima dikalangan anak muda.