Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah Dasar

Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah Dasar – Manajemen Berbasis Sekolah dalam suatu sistem pendidikan adalah desentralisasi yang konsisten dan sistematis sampai kepada kewenangan dan tanggung jawab tingkat sekolah untuk mengambil keputusan atas persoalan-persoalan penting yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan di sekolah dalam kerangka tujuan, kebijakan, kurikulum, standar dan akuntabilitas yang ditentukan secara terpusat.

Manajemen berbasis sekolah merupakan reformasi pendidikan yang populer sebagai cara untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan. Manajemen berbasis sekolah memungkinkan orang-orang yang bekerja di sekolah untuk membuat keputusan tentang bagaimana uang dibelanjakan, siapa yang dipekerjakan, dan bagaimana pembelajaran disampaikan kepada siswa. Meskipun tujuan dan standar ditentukan prisonersamongus.com oleh pusat, manajemen berbasis sekolah memungkinkan proses yang digunakan untuk mencapai hasil dibuat di tingkat sekolah.

Pendukung manajemen berbasis sekolah berpendapat bahwa sistem pendidikan harus mendesentralisasi otoritas pengambilan keputusan untuk meningkatkan kinerja sekolah. Pendapat ini didukung oleh alasan bahwa pendidik di sekolah adalah orang yang paling dekat dengan siswa sehingga mereka berada pada posisi terbaik untuk menilai kebutuhan siswa dan merancang program pendidikan untuk memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, guru dan lainnya juga akan memperoleh rasa kepemilikan yang lebih besar terhadap peningkatan kinerja sekolah jika mereka terlibat langsung dalam pengambilan keputusan. Alasan lainnya adalah pengambilan keputusan secara desentralisasi juga akan meningkatkan efektivitas penggunaan sumber daya yang terbatas. Sekolah dengan manajemen berbasis sekolah dapat merancang sumber dayanya seperti dana untuk pengembangan pendidikan dan tenaga kependidikan, serta fasilitas belajar untuk memenuhi kebutuhan setempat.

Manajemen berbasis sekolah yang merupakan desentralisasi kewenangan dari pemerintah pusat ke tingkat sekolah, secara konseptual dapat dianggap sebagai perubahan formal dari struktur pemerintahan.

Perubahan ini sebagai bentuk desentralisasi mengidentifikasi sekolah individu sebagai unit utama pembangunan dan bergantung pada redistribusi otoritas pengambilan keputusan sebagai cara utama di mana perbaikan dapat distimulasi dan dipertahankan.

Manajemen berbasis sekolah melibatkan pengalihan beberapa tanggung jawab dan pengambilan keputusan untuk operasi sekolah kepada kombinasi kepala sekolah, guru, orang tua, dan anggota komunitas sekolah lainnya. Manajemen berbasis sekolah dilaksanakan dalam upaya memberikan kekuasaan kepada kepala sekolah dan guru. Kekuasaan yang diberikan dapat memperkuat motivasi profesional mereka sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan rasa kepemilikan kepala sekolah dan guru terhadap sekolahnya. Selain itu, manajemen berbasis sekolah melibatkan masyarakat setempat dengan cara yang berarti untuk membuat keputusan tentang sekolah setempat. Dengan demikian, manajemen berbasis sekolah dapat meningkatkan kecepatan dan relevansi pengambilan keputusan di tingkat sekolah.

Dalam manajemen berbasis sekolah, kepala sekolah, guru, dan seringkali orang tua dan siswa diberdayakan untuk membuat keputusan yang mempengaruhi cara sekolah dikelola dan pembelajaran disampaikan kepada siswa. Manajemen berbasis sekolah adalah penerapan teori manajemen bisnis modern pada sistem sekolah yang berupaya menempatkan tanggung jawab maksimum untuk perencanaan pendidikan, akuntabilitas, dan pengelolaan sumber daya manusia dan material pada individu pegawai sekolah. Manajemen berbasis sekolah memungkinkan sekolah untuk mengalokasikan sumber daya mereka yang terbatas dengan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan sekolah, staf dan komunitas sekolah. Manajemen berbasis sekolah melibatkan perimbangan akuntabilitas pengambilan keputusan antara sekolah dan kabupaten. Hal ini berarti bahwa kebijakan, isi, dan apa yang termasuk dalam pembelajaran ditentukan oleh tingkat daerah, sedangkan strategi, proses, dan bagaimana program pembelajaran akan disampaikan ditentukan di tingkat sekolah. Sekolah bertanggung jawab untuk mengambil keputusan tentang dana dan alokasinya untuk pengajaran dan tenaga kependidikan, peralatan, pengembangan tenaga kependidikan dan kependidikan, transportasi, dan buku pelajaran. Daerah akan mengalokasikan sumber daya untuk setiap sekolah berdasarkan jenis atau jenjang sekolah, jumlah siswa, dan jenis program pengajaran yang dibutuhkan di sekolah tersebut. Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah mencakup pertimbangan dan norma budaya di sekolah yang berkaitan dengan peran dan perilaku kepala sekolah dan guru yang dapat diterima.

Tujuan dari manajemen berbasis sekolah adalah otonomi, fleksibilitas, efisiensi, produktivitas dan akuntabilitas yang mengarah pada keuntungan, kualitas dan efisiensi. Tujuan akhir dari model desentralisasi dalam kebijakan pendidikan adalah untuk menciptakan organisasi pembelajaran dan lingkungan belajar yang efektif untuk meningkatkan prestasi akademik dan meningkatkan kualitas siswa.

Keberhasilan model manajemen berbasis sekolah terletak pada penerapan akses, keseimbangan, dan pemerataan sosial yang mempengaruhi keseluruhan pola keseimbangan kesempatan pendidikan dalam budaya global.

Masalah utama dalam penerapan manajemen berbasis sekolah di sekolah dasar adalah mengenai peran dan tanggung jawab. Sejauh mana kepala sekolah melibatkan dan mendukung pendidik dan tenaga kependidikan dalam memberikan saran sangat penting. Pendelegasian tanggung jawab kepada masing-masing sekolah berarti kontrol yang lebih besar atas anggaran sekolah. Di dalam sekolah, tanggung jawab penganggaran biasanya dilimpahkan kepada kepala sekolah yang merupakan masukan dari warga sekolah. Salah satu unsur yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah adalah sejauh mana berbagai jenis keputusan telah didesentralisasikan di dalam sekolah. Dalam beberapa situasi, otoritas pengambilan keputusan telah didelegasikan terutama kepada kepala sekolah. Di beberapa sekolah, beberapa bentuk dewan sekolah merupakan kekuatan yang dominan dan selain dewan sekolah tidak terlibat secara substansial.

Baca juga: FKG Universitas Moestopo Berkomitmen Beri Pendidikan Terbaik

Elemen kunci dari desentralisasi sistem sekolah adalah mengizinkan masing-masing sekolah untuk menganggarkan dan membelanjakannya. Keputusan pendanaan mendukung banyak keputusan-keputusan yang lainnya. Keputusan untuk mempekerjakan karyawan didelegasikan ke tingkat sekolah sampai batas tertentu.

Pembatasan yang diperlukan pada rasio siswa dengan guru dan persyaratan untuk jenis guru tertentu (seperti guru pendidikan khusus) akan membatasi fleksibilitas dalam mempekerjakan atau menugaskan staf pengajar.

Mengelola Pendidikan untuk Anak Bangsa

Mengelola Pendidikan untuk Anak Bangsa – Pendidikan adalah investasi terbaik untuk setiap anak, khususnya di Indonesia. Pendidikan juga merupakan senjata yang akan dipakai oleh setiap anak bangsa untuk menghadapi masa depan. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah proses untuk memanusiakan manusia.

Dalam hal ini, pemerintah mempunyai peran yang sangat penting dalam menciptakan “senjata” untuk setiap anak, yang mana senjata ini akan menjadi bekal dalam menghadapi masa depannya kelak.

Sampai saat ini, pendidikan di negeri ini masih jauh dari kata layak, terutama di daerah pelosok. Mulai dari kurangnya jumlah tenaga pengajar dan fasilitas di kelas dalam menunjang pembelajaran, hingga akses menuju tempat belajar yang memprihatinkan semakin memperparah keadaan. Atap yang jebol, dinding yang rapuh, juga terbatasnya kursi dan meja menghiasi sekolah-sekolah di sana. Ini semua terjadi karena  prisonersamongus.com kurangnya perhatian pemerintah dalam mengelola pendidikan di daerah.

Tidak hanya itu, disistem pendidikan yang ada di sekolah, para siswa dipaksa untuk mengerti semua mata pelajaran yang ada. Ini tidaklah efektif karena para siswa tidak mampu mengembangkan minat dan bakatnya. Menurut Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Prof. Dr. Mukhneri Mukhtar, M.Pd, “Sistem pembelajaran di madrasah masih cenderung memaksakan dan menekankan pada prestasi akademik saja.” Dia juga menambahkan bahwa metode pengajaran sebaiknya tidak difokuskan pada akademik saja, karena setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.

Solusi yang perlu diterapkan untuk memajukan pendidikan di Indonesia adalah mengelola manajemen pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen pendidikan juga mencakup manajemen sarana prasarana yang baik bagi instansi pendidikan tersebut. Faktor sarana diantaranya meliputi kursi, meja, buku, dan papan tulis yang akan dipakai tenaga pendidik dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya untuk melaksanakan manajemen pendidikan yang efektif dan efisien.

Supervisi atau pengawasan dari lembaga pendidikan juga harus berjalan agar terciptanya suasana sekolah yang kondusif dan layak untuk peserta didik. Supervisi disini sangat penting karena dengan adanya supervisi, satuan pendidikan juga dapat mengevaluasi seberapa jauh perencanaan tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Tujuan pendidikan yang ada di Indonesia adalah untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan cara memberikan materi yang sesuai dengan minat dan bakat peserta didik. Kegiatan pembelajaran memerlukan materi yang berkualitas untuk mengelola manajemen yang baik.

Indonesia menempati urutan terbawah dalam bidang pendidikan dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak didiknya, baik dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Pengalaman peserta didik di sekolah dapat diperoleh melalui berbagai kegiatan pendidikan antara lain mengikuti pelajaran yang ada di sekolah, praktikum untuk mengelola pendidikan yang bermutu dan tidak hanya teori, latihan ekstrakurikuler, dan lain sebagainya yang bernaung di dalam sekolah.

Oleh sebab itu, pengembangan manajemen kurikulum haruslah melakukan studi banding dengan negara-negara yang berkembang dalam aspek pendidikannya.

Manajemen kurikulum yang ada di Indonesia dengan negara yang berkembang pendidikannya meliputi kegiatan yang dititikberatkan pada kelancaran pembinaan situasi belajar mengajar.

Kualitas tenaga pendidik juga sangat berpengaruh dalam mengelola manajemen pendidikan yang efektif dan efisien. Pelatihan yang bermutu digunakan untuk melatih tenaga pendidik untuk dapat secara benar mengamalkan ilmunya di instansi pendidikan. Seperti semboyan pendidikan yang diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu ing ngarsa sang tuladha (Di depan memberi contoh), ing madya mangun karsa (Di tengah memberikan dorongan) dan tut wuri handayani (Di belakang memberikan semangat), seorang guru haruslah memberikan contoh yang baik kepada para muridnya agar dapat dicontoh pula kebaikannya. Tidak lupa, seorang guru juga harus memberikan semangat dan dorongan moral kepada para muridnya.

Kondisi globalisasi yang sangat pesat dan peluang masa depan menjadi modal yang paling penting untuk mengadakan perubahan paradigma dalam manajemen pendidikan. Modal ini dapat menjadi dasar yang kuat untuk mengembangkan pendidikan. Pada titik ini diperlukan berbagai keputusan yang tepat untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Ketika melihat sebuah peluang yang ada, peluang tersebut akan dijadikan sebuah modal, kemudian menjadi dasar untuk mengembangkan pendidikan disertai dengan keputusan yang tepat, maka secara otomatis akan terjadi sebuah dampak positif dalam pengelolaan organisasi, strategi, Sumber Daya Manusia (SDM), pendidikan dan pengajaran, biaya, serta keuangan pendidikan.

Baca juga: Pendidikan Karakter: Mengajari Memberi Bukan Meminta

Untuk merubah jalannya pendidikan secara menyeluruh, maka manajemen pendidikan adalah sebuah hal yang harus diprioritaskan dalam memajukan pendidikan yang ada di Indonesia. Walaupun masih terdapat lembaga pendidikan yang belum memiliki pengalaman manajemen yang efektif dan efisien. Manajemen yang digunakan masih bersifat khusus dan tidak secara internasional, sehingga kurang bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari modernitas.

Jika manajemen pendidikan sudah tertata dengan baik dan sudah mengikuti perkembangan zaman, seharusnya tidak akan lagi terdengar tentang pelayanan sekolah yang buruk, minimnya kualitas atau profesional tenaga pendidik, sarana-prasarana tidak memadai, pungutan liar, hingga kekerasan dalam pendidikan.

Manajemen dalam sebuah organisasi pada dasarnya adalah sebuah proses penentuan dan pencapaian tujuan organisasi melalui pengelolaan sebuah Sumber Daya Manusia.