Neurodiversity: Konsep Pendidikan Inklusif untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Neurodiversity: Konsep Pendidikan Inklusif untuk Anak Berkebutuhan Khusus – Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan berkualitas, tak terkecuali anak berkebutuhan khusus. Dengan proses belajar-mengajar yang tepat, mereka dapat mengembangkan potensi serta minatnya seperti anak-anak lain.

Salah satu cara untuk memenuhi hal tersebut adalah dengan neurodiversity. Muncul sejak 1990-an, konsep pendidikan ini memungkinkan anak berkebutuhan khusus untuk belajar sesuai kondisi dirinya.

Sosiolog Australia, Judy Singer, menciptakan istilah neurodiversity untuk mempromosikan kesetaraan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, sehingga anak tidak merasa ‘sendiri’ saat sekolah di sekolah reguler.

Lantas, bagaimana konsep prisonersamongus neurodiversity bisa diterapkan dalam sistem pendidikan Indonesia?

Pada dasarnya, neurodiversity akan membantu siswa untuk memaksimalkan kekuatan pada setiap diri anak. Dalam hal ini, sekolah dapat memfasilitasi masing-masing siswa untuk menggali potensi yang ada dalam dirinya. Dengan pendidikan yang dipersonifikasi, anak berkebutuhan khusus dapat mengatasi tantangan sosial, emosional, kognitif, maupun akademik mereka.

Psikolog sekaligus Direktur Eksekutif American Institute for Learning and Human Development, Thomas Armstrong, memberikan contoh terkait penerapan neurodiversity di sekolah. Misalnya, guru dapat mengajak siswa pengidap Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) untuk mengerjakan sebuah proyek. Karena siswa yang didiagnosis dengan ADHD akan mengalami kesulitan konsentrasi jika hanya duduk diam mendengarkan pelajaran, mengerjakan sebuah proyek dapat membantu mereka untuk lebih mengerti materi pembelajaran.

JIS Learning Center: Upaya JIS Terapkan Neurodiversity di Sekolah

Jakarta Intercultural School (JIS) menyadari, setiap anak-anak berkebutuhan khusus perlu pendampingan dalam proses belajar mengajar. Karena itulah, JIS meluncurkan JIS Learning Center untuk tahun ajaran 2022-2023.

Dalam salah satu episode The JIS Podcast, Education Specialist, Donise Lysons, menjelaskan, JIS Learning Center merupakan salah satu cara JIS untuk mendukung konsep pendidikan berbasis neurodiversity.

Dipersonalisasikan dengan metode belajar di JIS yang menyenangkan dan efektif, Learning Center akan menjadi tempat yang bisa memenuhi berbagai kebutuhan fisik, perilaku, akademik, hingga sosial-emosional anak.

“Neurodiversity bukan hal baru di JIS. Bagaimanapun, di dunia ini kita hidup bersama orang-orang yang beragam, termasuk cara belajar, bersosialisasi, dan lain-lain. Kami secara konsisten akan menghadirkan pendidikan yang inklusif untuk berbagai macam konsep belajar (termasuk neurodiversity),” jelasnya.

Nantinya, para siswa akan memiliki kurikulum yang dimodifikasi untuk mencakup seluruh kompetisi belajar. Mulai dari membaca, menulis, berhitung, hingga keterampilan adaptif, sosial, serta kemandirian berdasarkan Individualized Learning Plan (ILP) yang telah disusun oleh JIS.

Sementara itu, JIS Head of School, Maya Nelson, mengatakan, Learning Center menjadi upaya JIS dalam menghadirkan pendidikan yang setara untuk masyarakat. Maya percaya, dengan program inklusif, para siswa akan memahami bahwa menjadi berbeda bukan penghambat untuk belajar.

“Bagi beberapa keluarga, sulit untuk mencari sekolah yang dapat mendukung siswa berkebutuhan khusus karena tidak ada program yang menyediakan (untuk anak-anak mereka). Sulit untuk mendapatkan pengajar yang mendorong tumbuh kembang mereka. (Di JIS) Anda dapat menemukan lebih banyak ahli, seperti psikolog, speech language pathologist, dan pengajar-pengajar lain yang memfasilitasi hal itu,” jelas Maya.

Maya juga menerangkan, lewat program inklusif seperti Learning Center, JIS dapat menjadi role model bagi sekolah-sekolah lain untuk mengadakan program yang serupa. Harapannya, penerapan neurodiversity di Indonesia dapat lebih masif lagi. Sehingga, anak-anak berkebutuhan khusus pun kian mendapatkan pendidikan yang setara.

JIS Learning Center akan menempatkan siswa dalam kelas-kelas kecil. Jumlahnya tidak lebih dari delapan siswa, sehingga proses belajar-mengajar lebih individual dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

Para guru juga dapat lebih fokus untuk memberikan pengajaran pada anak. JIS akan menempatkan satu guru per empat siswa agar memberikan keleluasaan bagi para pengajar untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar anak serta passion yang dimiliki mereka. Dengan begitu, para siswa dapat lebih mudah diajak untuk menghadapi tantangan belajarnya lewat minat dan bakat yang dimiliki.

Nantinya, pengajar di JIS Learning Center tergabung dalam Student Support Team (SST). Dari PAUD hingga kelas 12 SMA, JIS menghadirkan sekelompok profesional dari berbagai multidisiplin yang siap membantu siswa saat mereka mengalami kesulitan, baik secara akademik maupun emosional.

Baca juga: Mempersiapkan Pendidikan Anak Usia Dini

Semua orang yang tergabung dalam SST telah mengantongi lisensi, sehingga mereka dapat menyusun strategi yang tepat untuk kebutuhan setiap siswa. Mulai dari spesialis pembelajaran, terapis bicara dan bahasa, terapis okupasi, konselor sekolah, hingga psikolog telah tergabung dalam tim SST.

Pelajari lebih lanjut mengenai program JIS Learning Center melalui tautan ini. Untuk mengetahui program-program sekolah di JIS, silakan dengarkan The JIS Podcast yang telah mengudara di Spotify. Jangan lupa kunjungi website resmi JIS di sini untuk melihat secara lengkap informasi seputar Jakarta Intercultural School.

Pada akhirnya, JIS percaya, setiap anak dapat menjadi versi terbaik bagi dunia, apapun keadaan mereka.

Mempersiapkan Pendidikan Anak Usia Dini

Mempersiapkan Pendidikan Anak Usia Dini – Anak usia dini seperti akar yang kuat pada tanaman yaitu dapat mengokohkan bagian lainnya, karena akar berfungsi sebagai penyerap air dan nutrisi-nutrisi yang ada di dalam tanah untuk disalurkan ke bagian tanaman. Tanaman dengan akar yang kokoh berasal dari bibit yang unggul, tanah yang baik juga merupakan elemen yang penting sebab tanah berfungsi sebagai tempat persediaan udara bagi pernafasan akar tanaman, tempat persediaan unsur hara sebagai sumber nutrisi tanaman, begitu pula pada anak-anak segala yang diterimanya akan mempengaruhi prisonersamongus kepribadiannya.

Mempersiapkan pendidikan anak usia dini sebagai pondasi yang kokoh untuk membangun generasi sehat dan kuat di masa depan dimulai sejak memilih pasangan hidup seperti dua unsur penting pada tanaman yaitu bibit dan tanah.

Pasangan yang akan menjadi orang tua akan mendidik dan mengasuh seorang anak sehingga menjadi pribadi yang mulia. Psangan yang satu visi dan misi menentukan ke arah mana pendidikan akan dituju sehingga menjadi panduan, keterikatan anak dengan orang tua merupakan landasan yang kuat dalam menjelajahi dan menguasai lingkungan baru dan kehidupan sosial yang lebih luas dengan cara baik. Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama pada lingkungan anak yang akan mereka kenal dan menjadi kenangan pada masa kecil yang akan berpengaruh untuk kehidupan.

Selanjutnya, orang tua sebagai teladan yang akan dijadikan panutan oleh anak langkah terbaik adalah menjadi role model dengan selalu melakukan hal-hal positif untuk membentuk pribadi anak yang baik pula.

Anak adalah seorang peniru ulung setiap saat, mata anak selalu mengamati, telinganya menyimak, dan pikirannya mencerna apa pun yang orang tuanya lakukan, karena anak berada pada masa periode sensitif di mana anak mengembangkan kemampuan tertentu dengan sangat kuat sebab otak anak tersusun miliaran sel saraf atau neuron serta ratusan triliun sel pendukung atau sel glia yang akan membentuk pikiran, pengalaman, dan kepribadian anak. Saat anak mendapatkan tambahan informasi baru dari stimulasi yang dia dapat maka sel-sel saraf ini membentuk sambungan antara satu dengan yang lainnya untuk menyimpan informasi.

Selain memberikan teladan yang baik pendukung pendidikan anak usia dini lainnya adalah pengetahuan orang tua dalam mendidik anak, hal ini berpengaruh terhadap refleksi yang akan diterima anak misalnya ketika anak melakukan hal yang keliru orang tua menghukum dengan keras hal ini hanya akan membuat sel-sel syaraf terputus dan akan mengurangi kreativitas anak, bahkan dapat menyebabkan trauma.

Lalu membiarkan anak saat melakukan hal yang keliru dengan alasan masih anak-anak juga tidak dibenarkan sebab sifat-sifat baik harus dikenalkan sejak usia dini karena anak memiliki ingatan jangka panjang (long term memory) dalam hal ini penting sekali pengetahuan orang tua tentang bagaimana berkomunikasi dengan anak menggunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami.

Pengetahuan orang tua tentang karakteristik anak usia dini sehingga orang tua dapat memberikan stimulan yang tepat sesuai perkembangan usia anak, selanjutnya yaitu nutrisi yang diserap oleh tubuh berupa makanan dan minuman yang sehat dan baik sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak, orang tua yang memiliki pengetahuan tentang hal ini akan selalu berusaha memberikan dan menyediakan makanan serta minuman yang baik bagi kesehatan anak-anak. Sebab, nutrisi sebagai perlindungan yang berperan penting dalam menjaga daya tahan tubuh anak, nutrisi yang baik sebagai pendukung perkembangan otak yang merupakan pusat kecerdasan, nutrisi yang baik sebagai pendukung pertumbuhan fisik yang optimal.

UNESCO menetapkan rentang usia 0-8 tahun pada jalur anak usia dini. Anak usia dini adalah generasi usia emas di mana fase ini tidak terulang dua kali, sehingga harus didukung pertumbuhan dan perkembangannya agar tumbuh menjadi pribadi yang sehat, cerdas, dan berakhlak mulia.

Baca juga: Kiat Cegah Stres pada Anak saat Sekolah Online

Dalam mendukung anak untuk mandiri, bersosialisasi dan menyelesaikan masalah yaitu dengan upaya menyediakan lingkungan bermain yang aman dan nyaman. Melalui kegiatan bermain kemandirian anak secara tidak langsung akan tergambar dari bagaimana anak menggunakan alat atau media yang sudah disediakan baik saat bermain sendiri atau bermain bersama teman, sehingga secara tidak langsung melatih anak untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tidak mengenalkan gadget demi melindungi anak dari pengaruh radiasi yang dapat merusak mata, bahkan mengakibatkan candu yang membuat anak sampai tantrum merupakan hal yang seharusnya dilakukan oleh orang tua.

Setiap anak memiliki bakat kreatif. Kreativitas melalui kegiatan bermain dapat mengembangkan aspek fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosial-emosional. Pada permainan aktif seperti bermain bebas dan spontan memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan eksperimen, mengenal dan mencoba hal-hal baru, pada permainan pasif seperti mendengarkan cerita, membacakan buku akan memperluas wawasan dan pengetahuan anak.

Kiat Cegah Stres pada Anak saat Sekolah Online

Kiat Cegah Stres pada Anak saat Sekolah Online – Rencana sekolah tatap muka kembali diundur. Para pelajar masih harus belajar di rumah sampai waktu yang belum ditentukan. Kondisi ini tak hanya membuat orang tua pusing, anak-anak juga rentan mengalami stres.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Department of Psychology, Ludwig-Maximilians-Universität München, Jerman, dampak pandemi menyebabkan adanya peningkatan gejala kecemasan dan depresi anak-anak usia sekolah. Faktornya beragam, seperti kesulitan mengerjakan tugas sekolah dan tidak mendapat dukungan prisonersamongus dari orang tua selama belajar online.

Ya, keluarga juga punya peran penting dalam menyukseskan pembelajaran jarak jauh. Hal ini disampaikan oleh Lyndsy Duet, salah satu konselor pendidikan di Jakarta Intercultural School (JIS). Tak hanya mendukung secara akademis, orang tua juga perlu menjaga kesehatan mental anak selama di rumah.

“Kita (orang dewasa) pasti merasakan (kejenuhan) yang sama bila berada di depan kamera sepanjang hari. Itu pun dirasakan anak-anak dan mungkin penyebab mengapa sebagian dari mereka mematikan kamera (saat belajar online),” katanya.

Senada dengan Lyndsy, Brian Krembs mengatakan, belajar di rumah membuat anak dihinggapi banyak pertanyaan, seperti kapan sekolah online berakhir, kapan ia bisa bermain dengan keluarga, dan lain sebagainya. Bila orang tua tidak memberikan waktu dan dukungan yang tepat, anak-anak rentan mengalami stres.

“Saya rasa orang tua perlu memberikan peraturan tidak tertulis. Misal, ketika waktunya sekolah, orang tua mengambil peran guru yang tegas dan mendampingi anaknya. Namun, saat sekolah (online) selesai, mereka bisa menemani anak bermain,” jelas Brian.

Brian melihat beberapa anak justru mengalami perkembangan yang lebih baik saat orang tua menerapkan peraturan-peraturan itu.

“Ketika melihat sebuah keluarga yang melakukan (peraturan) itu dengan baik, saya bisa melihat bahwa anak-anak mereka merasa lebih aman dan nyaman (saat belajar online),” katanya.

Sebagai orang tua, Anda bisa mengajak anak untuk mengobrol agar tetap terhubung satu sama lain. Tanyakan apa yang membuatnya stres dan bagaimana caranya agar Anda dapat membantu mengatasi hal tersebut.

“Selama belajar online, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di depan laptop. Sekadar berjalan-jalan dan mengobrol di halaman atau balkon mungkin bisa meredakan kejenuhannya,” jelas Lyndsy.

Berikan contoh cara mengatasi konflik yang biasanya Anda lakukan. Misal, mengambil segelas air dan menarik napas, mendengarkan musik, dan lain-lain.

Dengan begitu, anak akan belajar cara mengelola stres.

“(Setelah mengadakan sesi konsultasi dengan orang tua) kami juga banyak mendengar bahwa cara mengatasi stres pada anak bisa dilakukan dengan memberikan contoh kepada anak (tentang cara mengelola stres yang biasa dilakukan orang tua). Ketika Anda mengambil segelas air saat stres, anak-anak akan berpikir ‘Oh ya, ternyata ini yang dilakukan oleh Ayah/Ibu. Mungkin ini akan berdampak juga dalam diri saya’,” lanjut Lyndsy.

Ruang belajar produktif di Jakarta Intercultural School (JIS)

Sebagai sekolah yang mendukung potensi dan bakat siswa, Jakarta Intercultural School (JIS) menerapkan metode belajar yang kreatif dan inovatif saat penerapan PJJ. Tak hanya melibatkan siswa secara aktif, para guru juga dituntut membawakan pelajaran yang tidak membosankan.

Jakarta Intercultural School (JIS) pun konsisten mengadakan program-program yang bisa menghadirkan sensasi ‘sekolah sungguhan’ kepada para siswa.

Beberapa waktu lalu, Jakarta Intercultural School (JIS) mengadakan Dragon Awards 2021: sebuah acara penghargaan kepada siswa SMA di Jakarta Intercultural School (JIS) atas prestasi mereka di bidang akademik, pengabdian masyarakat, program budaya, kreativitas seni, serta atletik selama pandemi. Meski dilakukan secara virtual melalui aplikasi Zoom, Dragon Awards 2021 tetap semarak seperti tahun-tahun sebelumnya.

Para guru sekolah dasar di Jakarta Intercultural School (JIS) juga terus mengadakan kegiatan interaktif.

Baca juga: Metode Belajar STEAM, Dorong Anak Jadi Inovator di Masa Depan

Contohnya dengan meminta para siswa membuat makanan berdasarkan karakter buku favoritnya. Bertajuk #BooktoEat, kegiatan ini bisa mendukung kreativitas dan daya imajinasi anak selama belajar di rumah.

Memahami bahwa kondisi psikologis siswa selama belajar online berbeda-beda Jakarta Intercultural School (JIS) menyediakan sesi diskusi dengan para konselor sekolah agar proses pembelajaran jarak jauh bisa terus menyenangkan. Pada sesi ini, para siswa bisa mengatakan hal-hal apa yang mereka keluhkan dan inginkan.

Brian mengatakan, sebelum pandemi, para siswa bahkan bisa memilih 2 hari dalam seminggu untuk berkonsultasi dengan konselor sekolah.

“Kami merasa harus melanjutkan ini (sesi diskusi dengan siswa). (Selain siswa bisa meminta langsung), para orang tua boleh mengirim email kepada konselor sekolah bila anak mengalami kesulitan belajar online,” jelas Brian.

“Ya, kami juga sangat senang memiliki sesi diskusi dengan siswa. Baru-baru ini, saya melakukan banyak sesi diskusi mengenai cara menangani konflik antarsaudara di rumah,” tambah Lyndsy.

Dengan membangun komunikasi dua arah, ikatan sosial-emosional antara guru dan siswa bisa tetap terjaga meski tidak ada pembelajaran tatap muka. Jakarta Intercultural School (JIS) percaya, pandemi tidak menghalangi para siswa untuk menjadi versi terbaik bagi dirinya sendiri maupun seluruh dunia.

Mengenal Program Early Years di Jakarta Intercultural School

Mengenal Program Early Years di Jakarta Intercultural School – Setiap orang tua ingin sang anak mempunyai masa depan cemerlang. Untuk mencapai hal itu, banyak orang tua yang menyekolahkan anak di sarana pendidikan prisonersamongus terbaik sejak dini.

Ya Moms, pendidikan usia dini (pre-school) sejatinya lebih dari sekadar persiapan menuju sekolah dasar. Menyekolahkan anak sejak dini dapat mendukung kebutuhan sosial, emosional, kognitif, serta fisiknya. Kegiatan-kegiatan yang ada di pre-school diharapkan dapat mendidik si kecil menjadi pribadi yang peduli, cakap, dan bertanggung jawab.

Apalagi, pre-school biasanya diadakan untuk anak usia 2-6 tahun. Pada masa ini, anak sedang mengalami tahapan tumbuh kembang yang pesat. Berbagai penelitian di bidang neurologi menunjukkan 50 persen kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 5 tahun pertama, Moms. Kurun waktu tersebut biasa disebut dengan usia emas anak.

Hal itu juga yang mendasari program Early Years di Jakarta Intercultural School (JIS). JIS percaya, usia emas anak merupakan waktu krusial untuk membangun landasan para siswanya menjadi pribadi dengan rasa ingin tahu yang tinggi dan penuh kecintaan akan proses belajar. Kepribadian itu yang ingin dipupuk JIS sejak anak masih bersekolah di pre-school, Moms.

JIS Early Years merupakan program pendidikan untuk anak usia 3-6 tahun. Pada program ini, JIS akan melihat orang tua sebagai partner yang bisa mendukung proses pembelajaran anak, sehingga Anda bisa memberikan masukan untuk memaksimalkan bakat anak selama di sekolah.

Dengan menghadirkan para pengajar berkualitas, JIS akan memberikan pengalaman belajar anak sesuai kemampuan dan potensinya dalam bidang seni, pendidikan jasmani, pembelajaran bahasa, serta kecerdasan intelektual.

Lisa Mandeville, guru Early Years mengatakan, anak akan diajak bermain selama proses pembelajaran. Meski begitu, JIS tetap memasukkan unsur-unsur yang bisa mendukung kecerdasan emosional dan sosial anak sekaligus perkembangan fisik, bahasa, maupun matematikanya.

“Kami mengarahkan para siswa menjadi versi terbaik untuk dirinya dan masyarakat. Misal, (kami mengajarkan) apa yang harus mereka lakukan ketika teman-temannya tidak mau berbagi,” lanjutnya.

Senada dengan Lisa, Allyson Puls-Dharmadji juga mengatakan hal yang sama. Guru yang telah mengajar di JIS sejak 30 tahun silam itu menyebut, JIS mempunyai serangkaian program yang disesuaikan dengan minat dan bakat anak yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang si kecil selama ia bersekolah di Early Years.

“Pekerjaan anak-anak adalah bermain. Karenanya, program yang diterapkan JIS sangat berbasis pada permainan anak yang aktif agar mereka bisa learning by doing (belajar sambil melakukan sesuatu),” jelas Allison.

Early Years di JIS: Ajak Anak Bermain sambil Belajar

JIS memberikan banyak cara dan media berbeda untuk mengembangkan bakat anak. Mulai dari melukis, menari, memainkan peran, dan lain sebagainya. Allison menjelaskan, dengan berbagai bahasa yang dikuasai para guru JIS Early Years, anak-anak jadi mudah berkomunikasi dan mengekspresikan diri.

Tak hanya itu, sebelum pandemi, program JIS Early Years juga sering mengajak anak bermain di luar kelas. Menurut Allison, saat berada di alam, anak bisa memilih sendiri benda-benda yang memancing rasa ingin tahunya. Hal itu akan membentuk sebuah gagasan di otak anak mengenai pemahaman akan suatu benda.

“Ada banyak warna, garis, bentuk, pola, dan segala macam hal yang berasal dari alam. Saat menemukan benda yang memantik rasa ingin tahunya, anak akan termotivasi untuk mempelajari benda tersebut. Jadi, alih-alih mengajarkan teori secara langsung, kami ingin membebaskan anak memilih apa yang mereka suka (untuk dipelajari),” kata Allison.

Selain membebaskan anak mengeksplorasi hal-hal yang ada di alam, JIS juga menerapkan pelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan kemampuan bekerja sama dengan tim. Lisa menjelaskan, metode ini dapat meningkatkan kecerdasan sosial emosional anak karena mereka diajak untuk berkolaborasi dengan siswa lain.

Salah satu proyek yang pernah dijalankan adalah membuat boneka kelelawar. Setelah dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, para siswa harus mencari peralatan yang diperlukan dan menjahit bonekanya dengan tangan-tangan mereka.

“Mereka (para siswa) harus menemukan jenis bahan dan mengukurnya dengan tepat karena boneka yang dibuat akan memperlihatkan detail-detail tubuh binatang. Jadi (pada kegiatan itu) anak-anak dilatih untuk memecahkan masalah sekaligus memahami konsep pengukuran,” jelas Allison.

Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris di Early Years, JIS menyiapkan berbagai media visual yang mudah dimengerti anak, seperti menyanyikan lagu atau membaca buku. Dengan kata dan kalimat yang sering diulang dalam media-media tersebut, para siswa jadi lebih mudah mengerti Bahasa Inggris.

Baca juga: Tips Terapkan Metode Fun Learning untuk Anak

Selama pembelajaran jarak jauh dilakukan, Lisa, Allison, maupun guru-guru lain di Early Years JIS tetap memberikan pelajaran interaktif kepada anak-anak. Lisa bahkan mengaku belajar online hampir tidak ada bedanya ketika ia mengajar di kelas.

“Saya benar-benar terkejut betapa kuatnya hubungan kami (para guru dan siswa). Memang, ada beberapa situasi yang membedakan belajar online dan belajar di sekolah, seperti ketika kami bertemu di taman bermain sekolah saya bisa tahu bagaimana perkembangan dan pertumbuhan mereka secara langsung. Namun, (selama belajar online) kami tetap mendengar cerita satu sama lain. Jadi, keduanya (baik belajar di sekolah maupun online) sama-sama menarik,” tutup Lisa.

Tips Terapkan Metode Fun Learning untuk Anak

Tips Terapkan Metode Fun Learning untuk Anak – Sebagai orang tua, Anda tentu ingin mendaftarkan anak ke sekolah bermutu bagus. Salah satunya dengan mempertimbangkan metode belajar yang diterapkan di sekolah tersebut.

Ya, sebisa mungkin buatlah proses belajar anak menyenangkan. Dengan metode yang menyenangkan atau fun learning, diharapkan si kecil bisa menyerap materi pelajaran lebih baik lagi.

Lantas, bagaimana caranya menerapkan metode fun learning untuk anak? Berikut beberapa tips prisonersamongus yang bisa Anda ikuti.

Melalui storytelling

Anak-anak menyukai cerita. Cerita menciptakan imajinasi yang timbul di pikiran anak dari tokoh-tokoh, alur cerita dan tempat-tempat indah yang membuat mereka terpesona, karenanya cerita dapat membawa mereka ke dunia yang baru.

JIS (Jakarta Intercultural School) sebagai sekolah dengan murid Multikultural menggunakan teknik Storytelling sebagai metode pembelajaran siswanya. Storytelling bisa menjadi metode untuk mengajarkan anak dengan cara yang menyenangkan.

Kegiatan ini dapat melatih kemampuan komunikasi mereka di depan banyak orang. Si kecil juga dilatih untuk berpikir kreatif dalam memilih tema serta didorong untuk menjadi pendengar yang baik saat teman-temannya bergantian bercerita.

Manfaatkan teknologi

Tak bisa dipungkiri, berkembangnya teknologi membuat anak jadi akrab dengan gadget sedari kecil. Sehingga, Anda pun bisa memanfaatkannya pada proses belajar anak.

Ya, memanfaatkan teknologi sebagai metode belajar anak dapat memungkinkan lebih banyak peluang bagi siswa dari berbagai usia dan kemampuan untuk terlibat, berkomunikasi, dan mengeksplorasi.

Buat permainan menarik dan kreatif

Sekolah bukan satu-satunya tempat untuk kegiatan belajar. Ketika anak Anda di rumah, Anda adalah guru mereka.

Membuat suasana belajar di rumah tidak harus terasa seperti pelajaran di kelas. Buat anak-anak Anda bersemangat menemukan sesuatu yang baru dengan menyamarkan kegiatan belajar sebagai waktu yang menyenangkan. Cobalah kegiatan menarik dan efektif yang dapat Anda lakukan di rumah.

Untuk anak-anak preschool, mulailah dengan permainan dasar yang membantunya belajar mengenal hewan, angka, warna dan bentuk. Sesuaikan permainan untuk anak-anak usia sekolah untuk membahas anatomi, pemerintahan dunia, bahasa asing, dan sejarah.

Untuk anak-anak usia sekolah, dorong mereka untuk meningkatkan kemampuan menulis dengan menuliskan imajinasi mereka di selembar kertas.

Baca juga: Tips Memilih Sekolah Internasional yang Tepat untuk Anak

Sekolahkan anak yang menunjang fun learning

Untuk menunjang pembelajaran anak, Anda memerlukan bantuan dari profesional yakni menyekolahkan mereka di sekolah yang juga memakai metode fun learning kepada murid-muridnya.

Contohnya JIS (Jakarta Intercultural School) yang merupakan sekolah SPK yang telah terakreditasi oleh badan akreditasi oleh International Baccalaureate®, Advanced Placement® CollegeBoard, Western Association of Schools and Colleges (WASC), Council of International Schools (CIS). JIS memiliki kurikulum yang memfasilitasi dan mendukung potensi anak seperti di bidang seni (musik, tari, drama, visual art, dan lain-lain), olahraga (atletik, basket, sepak bola, tenis, dan lain-lain), serta kegiatan positif di luar kelas lainnya, seperti klub sains, klub coding, klub robotics, dan banyak lagi.

Banyaknya manfaat menggunakan metode fun learning kepada anak, maka menyekolahkan anak ke sekolah seperti JIS dapat menjadi langkah tepat untuk masa depan si kecil. JIS juga mendukung anak menjadi masyarakat global yang unggul dan berdaya saing tinggi. Karena itu, rencanakanlah pendidikan anak dari sekarang agar mengantarkan mereka untuk menjadi Best for the World.

Tips Memilih Sekolah Internasional yang Tepat untuk Anak

Tips Memilih Sekolah Internasional yang Tepat untuk Anak – Di antara banyaknya sarana pendidikan anak, sekolah internasional punya daya tarik tersendiri bagi beberapa orang tua. Ya Moms, biasanya sekolah dengan kurikulum global mempunyai metode dan cara evaluasi yang sesuai dengan potensi serta bakat anak. Dengan begitu, kebutuhan belajar prisonersamongus masing-masing siswa bisa dipersonalisasi.

Apalagi pendidikan memang jadi salah satu fokus penting orang tua dalam mendukung masa depan anak. Nah, kurikulum yang dipersonalisasi dapat membuat anak belajar dan berkembang secara lebih optimal.

Keunggulan itu pula yang membuat sekolah internasional semakin diminati. Dalam sebuah laporan yang dilakukan ISC Research, jumlah sekolah internasional di dunia meningkat sebesar 62 persen dalam satu dekade. Hingga tahun 2021, terdapat 12.373 sekolah internasional di seluruh dunia dan 200 di antaranya ada di Indonesia.

Namun, dengan banyaknya pilihan ini, orang tua kerap kebingungan mencari sekolah internasional yang tepat untuk anak. Lantas, bagaimana sih, indikator sekolah internasional terbaik untuk anak?

Sebenarnya, tidak ada tolok ukur pasti terkait sekolah terbaik, Moms. Saat memilih sekolah untuk si kecil, hal yang perlu Anda lakukan adalah menyesuaikannya dengan kebutuhan anak. Pastikan pendidikan anak didesain sesuai tahap perkembangan si kecil, sehingga ia bisa menikmati proses belajar yang menyenangkan.

Head of Admissions Jakarta Intercultural School, Kathleen Ngkaion mengatakan, orang tua bisa memulai pencarian sekolah dengan riset. Tanyakan pada diri Anda, mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas apa yang ditawarkan sekolah tersebut?

Lalu, apa nilai-nilai inti yang dijunjung sekolah? Apakah mereka selaras dengan nilai dan prioritas Anda sendiri sebagai sebuah keluarga? Berapa nilai akreditasi sekolah dan di mana sekolah mendapatkannya? Bagaimana sekolah mendorong potensi muridnya?

“Hal-hal ini menjadi beberapa pertanyaan yang dapat orang tua tanyakan pada diri mereka sendiri ketika mencari sekolah untuk anak,” jelas Kathleen.

Melalui riset, pencarian sekolah jadi lebih mengerucut. Setelah mendapatkan yang sesuai, segera lakukan observasi ke sekolah. Menurut Kathleen, langkah ini penting agar orang tua dan anak bisa merasakan langsung bagaimana atmosfer sekolah tersebut.

“Dengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang dikatakan para administrator, kepala sekolah, dan guru tentang praktik belajar mengajar mereka, filosofi mereka tentang mengajar dan mengapa anak-anak di sekolah mereka belajar seperti yang mereka lakukan,” jelas Kathleen.

Selama pandemi, Jakarta Intercultural School menggelar Open House Virtual yang bisa diikuti oleh seluruh orang tua se-Indonesia. Di acara ini, Anda dapat melihat, mendengarkan, dan bertanya mengenai program sekolah di Jakarta Intercultural School, nilai-nilai yang dijunjung sekolah, hingga persiapan sekolah dalam beradaptasi di tengah kebiasaan baru.

Tapi jangan lupa, Moms. Pada akhirnya, orang tua tetap harus memikirkan apa yang terbaik untuk si kecil, termasuk bagaimana minat dan potensi anak bisa berkembang di sekolah. Sehingga, ia dapat tumbuh menjadi versi terbaik untuk dirinya sendiri maupun dunia.

“Tidak ada sekolah yang sempurna, tetapi dengan banyak penelitian dan sedikit waktu, Anda akan menemukan sekolah yang cocok untuk si kecil,” jelas Kathleen.

Jakarta Intercultural School (JIS) Dukung Siswa Jadi Generasi Berwawasan Global

Tak hanya memiliki akreditasi nasional dari Kemendikbud, Jakarta Intercultural School juga telah mengantongi akreditasi dari Western Association of Schools and Colleges (WASC) dan Council of International Schools (CIS).

Khusus untuk para siswa SMA Jakarta Intercultural School, sekolah menerapkan dua kurikulum yang bisa dipilih, International Baccalaureate (IB) dan Advanced Placement (AP). Para siswa SMA akan dibebaskan untuk memilih kurikulum yang cocok dan bertanggung jawab atas pengalaman belajar mereka sendiri.

Apapun pilihannya, para guru Jakarta Intercultural School akan membimbing mereka mencapai tujuan pendidikan yang ingin mereka capai.

Dengan kurikulum yang suportif, Jakarta Intercultural School akan mengoptimalkan kecerdasan anak dalam hal akademis sekaligus mengasah bakatnya melalui berbagai kegiatan di bidang seni, olahraga, serta aktivitas positif lain di luar kelas.

Jakarta Intercultural School percaya, sekolah perlu membekali siswa dengan keterampilan global yang sesuai dengan minat masing-masing individu. Mudah beradaptasi, mandiri, dan berpikir kritis jadi tiga karakter yang ingin dibangun JIS, Moms.

“Orang tua melihat sekolah internasional dapat menjadi tempat yang ideal untuk membesarkan anak-anak mereka. Sebab, para siswa akan diajak untuk kompetitif dalam mengejar pendidikan dan karir tanpa mengesampingkan hak-hak orang lain,” terang Kathleen.

Baca juga: Pentingnya Perpustakaan Sekolah di Era Digitalisasi

Selain itu, sekolah SPK yang telah berdiri sejak 1951 ini turut mendorong kesetaraan dan persamaan hak di kalangan guru, siswa, serta staf sekolah. Keberagaman, kesetaraan, dan inklusi menjadi tiga pilar utama yang terus dipegang teguh oleh Jakarta Intercultural School. Tiga pilar tersebut dituangkan dalam program pembelajaran dan kegiatan-kegiatan yang bisa menunjang potensi dan bakat siswa. Sehingga, mereka bisa menjadi versi terbaik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat.

Anda juga bisa mendengarkan ragam program pembelajaran Jakarta Intercultural School lainnya lewat The JIS Podcast, Moms. Bersama pengajar dan staf sekolah Jakarta Intercultural School, podcast ini akan mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan program sekolah yang ada di JIS, pendidikan dan perkembangan anak, hingga pembelajaran yang berkembang di Indonesia.

Kecerdasan Emosional Dapat Dukung Keberhasilan Anak di Masa Depan, Kok Bisa?

Kecerdasan Emosional Dapat Dukung Keberhasilan Anak di Masa Depan, Kok Bisa? – Kecerdasan emosional akan terus berkembang seiring dengan usia anak. Ya, wajar bila di usia balita si kecil belum mampu mengendalikan emosinya dengan baik. Terkadang, ia mungkin merengek ketika meminta sesuatu dan menangis saat keinginannya tidak dituruti.

Meski begitu, seiring berjalannya waktu, Anda perlu mengajarkan anak untuk bisa mengelola emosinya dengan baik. Ya, kecerdasan emosional anak perlu diasah sejak dini untuk menunjang kehidupannya di masa depan. Seseorang yang mampu mengelola emosinya cenderung punya empati yang tinggi terhadap orang lain serta bisa memaksimalkan potensi dirinya untuk menghadapi berbagai masalah kehidupan.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk membangun kecerdasan emosional anak. Salah satunya prisonersamongus dengan social emotional learning (SEL) yang diterapkan di sekolah.

Apa itu SEL?

Pada dasarnya, metode SEL akan membantu siswa mengembangkan soft skill yang dibutuhkan di masa depan. Konsep pembelajaran ini menetapkan lima kompetensi yang membantu anak untuk memahami dan mengenal emosi mereka.

Lima kompetensi tersebut yaitu kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan menjalin hubungan dengan orang lain, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Metode SEL juga dapat mendorong kebahagiaan siswa, terutama dalam proses belajar.

Sebagai sekolah nonprofit yang berfokus mengantarkan siswanya menjadi pribadi terbaik bagi dunia, Jakarta Intercultural School (JIS) menyadari bahwa metode SEL merupakan salah satu aspek penting untuk mendukung pembelajaran siswa. Karena itulah, melalui penerapan SEL di JIS, para siswa tidak sekadar diajarkan untuk berprestasi di akademik, mereka juga diminta untuk menerima emosi yang ada dalam setiap situasi.

Social Emotional Learning di Jakarta Intercultural School

Penerapan SEL dapat membuat para guru Jakarta Intercultural School menyadari bahwa setiap siswa memiliki potensi yang berbeda, sehingga mereka perlu dibimbing dengan gaya belajar yang sesuai.

Setiap tahap kegiatan pembelajaran dirancang untuk mendorong interaksi siswa dalam mengemukakan pendapat, memecahkan masalah, hingga berani mengambil keputusan mengenai isu-isu sosial dan emosional. Kegiatan yang didukung oleh perangkat teknologi digital abad 21 dari Jakarta Intercultural School pun membimbing para siswa melalui serangkaian tugas yang terstruktur dan tetap menyenangkan.

Di sisi lain, karena siswa telah terbiasa mengelola emosinya dengan baik, mereka tidak malu bertanya ketika mengalami kesulitan dalam belajar. Hal ini membuat guru lebih mudah untuk memberikan penjelasan yang lebih mudah dimengerti oleh siswa tersebut. Rasa cinta belajar di kalangan siswa pun bisa tumbuh karena selama di sekolah, ia tidak merasa tertekan.

Bahkan, saat pembelajaran jarak jauh (PJJ), para siswa JIS tetap menunjukkan kecerdasan emosional yang optimal berkat penerapan SEL. Mereka mampu mengatur waktu untuk belajar dan bermain dengan baik. Ketika memberikan pelajaran melalui Zoom, para guru JIS melihat bahwa siswa terus berkomitmen untuk menyelesaikan tugas-tugas tanpa mengesampingkan persahabatan dengan teman-teman sekelasnya.

Pada akhirnya, metode SEL dapat meningkatkan keberhasilan para siswa di sekolah maupun kehidupannya. Hal itu terlihat dari cara siswa Jakarta Intercultural School melihat sisi lain saat situasi pandemi.

Ketika mereka tidak bisa bertemu guru dan teman sekelas, belajar di rumah dapat membuat para siswa lebih dekat dengan orang tuanya. Mulai dari sarapan bersama hingga menemani belajar dan mengerjakan tugas. Waktu-waktu yang berkualitas ini pun membuat para siswa JIS merasa lebih bahagia. Dampaknya, PJJ bisa jauh lebih menyenangkan.

Student Support Team (SST) dan Learning Center di JIS

JIS menyadari, lingkungan belajar yang inklusif dapat mendukung penerapan metode SEL di sekolah. Karena itulah, guna mendukung kebutuhan belajar setiap siswa dari PAUD hingga kelas 12 SMA, Jakarta Intercultural School menghadirkan Student Support Team (SST).

SST merupakan sekelompok profesional dari berbagai multidisiplin yang siap membantu siswa saat mereka mengalami kesulitan, baik secara akademik maupun emosional. Semua orang yang tergabung dalam SST telah mengantongi lisensi, sehingga mereka dapat menyusun strategi yang tepat untuk masing-masing siswa.

SST di JIS terdiri dari spesialis pembelajaran, terapis bicara dan bahasa, terapis okupasi, konselor sekolah, dan psikolog. Sebagai tim yang kohesif, mereka akan bekerja sama dengan guru dan orang tua untuk memantau siswa yang mungkin menunjukkan tanda-tanda keterlambatan atau kesulitan dalam pembelajaran maupun tonggak perkembangan mereka. Dengan begitu, tim SST dapat menganalisis kebutuhan siswa tersebut dan menyusun strategi rencana perawatan individual.

Baca juga: 5 Tips Memilih Sekolah yang Baik untuk Anak

Jakarta Intercultural School juga meluncurkan JIS Learning Center untuk tahun ajaran 2022-2023. Terdiri dari ruang kelas intensif, JIS Learning Center dapat membantu siswa yang sedang kesulitan dalam belajar. Dipersonalisasikan dengan metode belajar di JIS yang menyenangkan dan efektif, Learning Center akan menjadi tempat yang bisa memenuhi berbagai kebutuhan fisik, perilaku, akademik, hingga sosial-emosional anak.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai JIS Learning Center, Anda dapat klik di sini. Sementara itu, untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan program sekolah yang ada di JIS, Anda dapat mendengarkan The JIS Podcast yang telah mengudara di Spotify.

5 Tips Memilih Sekolah yang Baik untuk Anak

5 Tips Memilih Sekolah yang Baik untuk Anak – Setiap orang tua umumnya menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anaknya. Tak sedikit dari mereka yang menyiapkan dana pendidikan sejak awal agar anaknya bisa masuk ke sekolah tertentu. Bahkan, ada pula orang tua yang mendaftarkan anaknya ke sekolah sejak si kecil masih bayi karena banyaknya antrean untuk masuk sekolah tersebut.

Nah, memilih sekolah yang baik untuk anak menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi sebagian orang tua. Untuk itu, berikut ini lima tips yang bisa Anda coba dalam memilih sekolah sebagaimana dikutip dari prisonersamongus.

Tips Memilih Sekolah untuk Anak

Lakukan Riset

Sebelum membuat daftar sekolah yang ingin dituju, lakukan riset terlebih dahulu seputar nilai-nilai yang cocok untuk keluarga dan anak Anda. Salah satu hal yang bisa dipertimbangkan adalah lingkungan dan prestasi sekolah. Anda bisa melakukan riset melalui situs resmi atau media sosial sekolah, berkunjung ke sekolah langsung, atau bertanya ke guru, siswa, dan wali murid.

Biaya

Sekolah yang baik belum tentu memiliki biaya yang mahal, begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, pastikan bahwa biaya sekolah tersebut sesuai dengan anggaran yang sudah Anda siapkan. Jangan sampai pendidikan anak justru jadi beban terlalu besar bagi keuangan keluarga ya.

Nilai Inti Sekolah

Nilai inti atau core value berkaitan dengan pendekatan apa yang digunakan dalam sistem pendidikan sekolah tersebut. Ada sekolah yang fokus pada pengembangan akademik, ada pula yang lebih unggul di bidang seni dan olahraganya. Pastikan pendekatan tersebut sesuai dengan tujuan Anda menyekolahkan si kecil ya.

Infrastruktur

Beberapa hal terkait infrastruktur sekolah yang perlu Anda pertimbangkan yaitu ketersediaan taman bermain, lapangan olahraga, kondisi ruang kelas, dan kebersihan kamar mandi. Memperhatikan infrastruktur sekolah penting dilakukan demi kenyamanan anak.

Baca juga: Tanamkan Karakter Masa Depan, Ini Cara JIS Dekatkan Nilai Budaya kepada Siswa

Kurikulum

Mengutip laman Kurikulum Kemdikbud RI, satuan pendidikan dapat menentukan pilihan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) pada tahun ajaran 2022/2023 secara mandiri. IKM terdiri dari tiga bagian, yaitu sebagai berikut:

  1. Mandiri Belajar, yaitu menerapkan beberapa bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka, dengan tetap menggunakan Kurikulum 2013 atau Kurikulum 2013 yang disederhanakan.
  2. Mandiri Berubah, yaitu menerapkan Kurikulum Merdeka menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan.
  3. Mandiri Berbagi, yaitu menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar.

Dengan adanya pembaruan tersebut, penting bagi orang tua untuk mengetahui perbedaan dari masing-masing kurikulum dan sekolah mana yang menerapkannya.

Seberapa Penting Menyiapkan Dana Pendidikan Anak?

Seberapa Penting Menyiapkan Dana Pendidikan Anak? – Biaya pendidikan hampir dipastikan meningkat setiap tahunnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata kenaikan biaya pendidikan mencapai 10 persen per tahun. Hal ini tentu membuat orang tua perlu memastikan dana pendidikan anak selalu cukup, untuk menghadapi tahun ajaran baru anak sekolah yang biasanya menyedot banyak biaya.

Ya Moms, memastikan masa depan anak dengan memberikan pendidikan terbaik tentu menjadi salah satu tujuan finansial Anda dan suami. Oleh karena itu, menurut Wealth Management Division Head Bank OCBC NISP, Juky Mariska, penting bagi orang tua untuk mempersiapkan dana pendidikan dengan pengelolaan yang tepat, apalagi jika Anda punya rencana prisonersamongus untuk menyekolahkan anak sampai ke luar negeri.

“Setiap orang punya life goals yang berbeda-beda, bagi mereka yang sudah menikah misalnya, punya rencana buat punya rumah, kemudian pas punya anak tujuannya berubah menjadi mempersiapkan kebutuhan anak termasuk dana pendidikan,” kata Juky dalam acara offee Chit-Chat with ON bersama OCBC NISP di First Crack Coffee, Rabu (7/9).

Pentingnya Menyiapkan Dana Pendidikan Anak Sejak Dini

Kenaikan biaya pendidikan yang semakin meningkat setiap tahunnya menjadi alasan penting ibu dan ayah perlu mempersiapkan dana pendidikan anak sejak dini, salah satunya dengan menabung. BPS mencatat inflasi dari sektor pendidikan di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 1,2 persen. Sedangkan uang pangkal masuk sekolah di Indonesia juga mengalami kenaikan setiap tahunnya.

“Kalau tanpa menabung pasti ada saja keperluan di tengah kehidupan. Sehingga, menabung itu penting supaya (mereka) yang punya tujuan finansial itu lebih berkomitmen untuk menyisihkan dana,” lanjut Juky.

Menurutnya, banyak masyarakat Indonesia yang sudah sadar akan kepentingan menabung untuk masa depan. Menurut hasil Financial Fitness Index Bank OCBC NISP 2022, sebanyak 46 persen masyarakat Indonesia menabung secara rutin minimum 20 persen dari pendapatan. Namun, sering kali mereka patah arang di tengah jalan karena tabungannya ternyata tidak sesuai dengan harga kenaikan barang. Artinya, mempersiapkan dana pendidikan anak tidak cukup hanya dengan menabung, Moms.

Baca juga: Apa Itu Playdate serta Manfaatnya bagi Anak?

Hal ini tergantung pada jangka waktu persiapan dana. Semakin singkat jangka waktunya, mungkin tabungan atau deposito akan menjadi pilihan yang lebih aman dan tepat. Sementara, jangka waktu yang lebih panjang mungkin akan cocok dengan pilihan instrumen investasi lebih luas yang sesuai dengan profil risiko. Berinvestasi yang terencana sesuai dengan profil risiko dapat membantu Anda untuk mencapai tujuan finansial dengan lebih optimal, termasuk soal persiapan dana pendidikan si kecil.

“Kuncinya adalah rutin dalam berinvestasi dan tentukan jangka waktu investasinya. Yang terpenting selalu ingat bahwa financially fit itu dimulai dari meningkatkan pemahaman dasar, memperbaiki kebiasaan manajemen keuangan yang salah dan meluruskan mindset terkait finansial yang keliru,” pungkas Juky.

Apa Itu Playdate serta Manfaatnya bagi Anak?

Apa Itu Playdate serta Manfaatnya bagi Anak? – Playdate artinya sebuah tren yang kini sering dilakukan oleh Mama-Mama dan si kecil.

Barangkali Mama-Mama sudah sering melaksanakan playdate ini tapi belum sepenuhnya mengerti soal kegiatan tersebut.

Bagi Mama-Mama yang anaknya sudah memasuki usia balita hingga usia sekolah. Pasti sudah familiar banget kan dengan kegiatan playdate ini?

Istilah playdate ini memang mulai sering terdengar beberapa tahun belakangan. Mama juga beberapa kali kok melakukan playdate dengan teman-teman Mama dan mereka membawa anak-anaknya.

Acara bermain bersama ini enggak hanya bisa menjadi ajang refreshing bagi kita, tapi juga dapat mulai mengajari si kecil bersosialisasi.

Jadi, kalau menurut Mama sih, playdate ini enggak hanya sebuah tren yang banyak dilakukan orang tua, tapi di dalamnya juga memberikan banyak manfaat bagimu serta si kecil.

Jadi apa itu playdate? Serta apa saja manfaat dari playdate ini? Cek penjelasan prisonersamongus berikut yang telah Mama rangkum dari berbagai sumber ini, ya!

Playdate Adalah

Akhir pekan ini sudah ada rencana belum Ma, dengan si kecil? Jika belum, enggak ada salahnya nih kamu janjian dengan teman-temanmu untuk mengadakan playdate.

Playdate artinya sebuah acara bermain bersama yang dihadiri oleh dua anak atau lebih. Kegiatan ini sebelumnya akan diatur dulu oleh orang tua anak-anak yang ikut.

Kalau yang pernah Mama baca dari laman Very Well Family, anak di bawah usia 2 tahun, umumnya masih lebih senang bermain sendiri di rumah atau bersama dengan orang tuanya. Akan tetapi, di atas usia itu, mereka sudah mulai senang bersosialisasi dengan orang banyak.

Anak usia 3 tahun misalnya, dia sudah nampak lebih senang berinteraksi dengan lingkungannya. Dia juga sudah memperlihatkan ketertarikan bermain dengan teman sebaya.

Sebenarnya anak usia berapa pun bisa kok mengikuti playdate. Bahkan bayi juga sudah boleh diajak playdate. Sebab, sesungguhnya bayi pun sudah memiliki kemampuan bersosialisasi meski masih terbatas.

Hal yang terpenting adalah dalam acara playdate terdapat anak-anak yang setidaknya rentang usianya sama. Jadi, mereka menjadi lebih mudah bermain dengan akrab.

Anak yang usianya sama, umumnya perkembangan psikologis serta fisiknya sama, sehingga tidak ada anak yang merasa bermain seorang diri atau dikucilkan.

Lalu, apakah Mama-Mama perlu terus menemani anak saat playdate? Kalau anak-anak masih berusia balita, sebaiknya kamu tetap mendampinginya, Ma. Supaya kamu bisa mengawasi ketika si kecil berinteraksi dengan teman-temannya.

Tapi, apabila si kecil sudah memasuki usia SD atau setidaknya sudah berusia 8 tahun ke atas, enggak masalah kalau kamu mulai mengawasinya dari jauh. Biar mereka bisa lebih leluasa bermain dan mengobrol.

Playdate juga enggak hanya sekadar memberikan waktu buat si kecil bermain. Seperti yang tadi Mama bilang, playdate ini sangat baik untuk meningkatkan kemampuan sosial anak.

Di mana dia bisa belajar berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Lalu, dengan banyak mengobrol dengan teman-temannya, dia pun sedikit demi sedikit bisa meningkatkan kemampuan bahasanya.

Anak juga akan dilatih untuk mengatur emosi dan empati mereka. Di mana saat bermain, Mama-Mama bisa memberikan pengertian untuk saling menunggu giliran satu dengan lainnya. Sehingga suasana playdate jadi tetap tenang, tanpa adanya anak yang akan mengganggu yang lainnya.

Baca juga: 10 Film Tentang Pendidikan Terbaik yang Pernah Ada

Ada berbagai aktivitas playdate seru yang bisa kamu dan si kecil lakukan. Seperti bermain atau piknik di taman kota, mengajaknya berenang, atau mengunjungi kebun binatang.

Atau sekadar bermain di rumah juga enggak masalah kok, misalnya menggambar maupun mewarnai bersama, membuat prakarya, atau membuat kue untuk anak perempuan.

Itulah dia penjelasan apa itu playdate serta beberapa detail lainnya mengenai playdate. Bagaimana, tertarik enggak untuk mengajak si kecil playdate?

Orientasi Nilai Tertinggi Bukan Ukuran Prestasi Anak

Orientasi Nilai Tertinggi Bukan Ukuran Prestasi Anak – Tepat hari sabtu kemarin seluruh lembaga pendidikan di Indonesia dari tingkat SD,SMP, dan SMA menerima hasil belajar selama satu semester. Siswa yang giat belajar tentu mendapat nilai dan hasil yang lebih baik dan sebaliknya. Bahkan dalam pendidikan kita, siswa yang memiliki Orientasi nilai sangat memuaskan akan mendapatkan penghargaan dari sekolah sebagai apresiasi dari antusias belajar yang baik dari siswanya. Ada dalam bentuk hadiah, tropik dan lain-lain.

Siswa atau siswi tersebut adalah orang-orang yang di anggap memiliki kompetensi belajar yang baik dan layak menjadi panutan untuk teman-teman mereka dikelas maupun di lingkungan sekolah mereka berada.

Dulu ketika saya duduk bangku SD di kampung, bukan sombong saya memang memiliki banyak prestasi. Saya sedikit berbeda dari teman-teman kelas saya yang lain.

Setiap pembagian raport ranking kelas sudah pasti nama saya selalu di atas. Kalau bukan juara satu dapat juara dua atau mirisnya dapat juara tiga. Hal itu, terjadi terus menerus sampai saya tamat dari SD.

Hal yang sama pun terjadi saat saya duduk di bangku SMP. Nama saya selalu berada pada deretan nama-nama siswa berprestasi di kelas. Tetapi situasi sedikit berbeda saat itu, saya menghadapi tantangan dan persaingan yang lumayan keras karena siswa yang sekolah di SMP tersebut berasal dari berbagai daerah atau desa dengan kompetensi yang berbeda-beda dari sekolah asal.

Saat pembagian hasil belajar selama satu semester di awal semester kelas 7 hati dan pikiran tidak tenang dan selalu memprediksi prisonersamongus, apakah saya masuk pada barisan para juara atau tidak di kelas?

Saat pembagian tiba raport, wali kelas segera mengumumkan nama-nama siswa berkompeten di kelas dari juara 1,2, 3 sampai 10 besar. Saya pun diam dan menunggu prosesnya pembagian raport tersebut.

Wali kelas saya dengan nada suara yang keras membacakan nama-nama siswa berprestasi tersebut. Juara pertama nama saya nyaris terlewatkan. Juara kedua dan ketiga sama nama saya juga terlewatkan.

Akhirnya, saya hanya masuk di daftar sepuluh besar yakni, ranking empat. Harapan terbesar menjadi siswa berprestasi seperti sudah hilang di muka bumi, raut wajah berubah 180 derajat. Melihat teman-teman yang mendapat nilai tertinggi, saya ibarat orang yang sedang kalah di ruang peradilan dimana sulit menerima keputusan dari wali kelas saya tersebut. Jujur, saat itu saat malu mengucapkan selamat kepada mereka yang terpilih jadi siswa berprestasi.

Sudah umum saat selesai pembagian raport orang tua pasti bertanya bagaimana mana hasil belajar selama ini. Saya pun mengalami hal demikian, ayah saya menanyakan bagaimana nilai serta prestasi yang saya dapat selama satu semester terakhir.

Fider, juara berapa? Ucap, ayah menuju ke arah saya. Saya diam dan enggan mengucapkan karena saya tahu ayah pasti marah karena saya hanya dapat ranking empat kelas.

Dengan nada yang lumayan keras ayah bertanya kedua kalinya, Fider juara berapa! Sambil menundukkan kepala saya jawab, ranking empat ayah.

Ayah sambil melihat ke arahku seperti tidak menerima jawaban saya dan berkat, kamu bodoh! Kenapa temanmu bisa dapat juara satu, kenapa kamu tidak? Dengan kepala dingin aku hanya diam dan berkata dalam hati. Kenapa juara itu sangat perlu bagi orang tua? Apakah tuntutan orang tua ketika anaknya sekolah harus dapat juara dan pintar agar bisa mengalahkan siswa yang lain?

Saya kemudian menarik nafas perlahan dengan penuh pertanyaan dalam hati dan menanggap positif perkataan ayah.

Disinilah inkonsistensi berpikir orang tua dalam melihat pendidikan anak. Sekolah yang isinya pendidikan seolah-olah dijadikan hanya sebatas tempat supaya anak bisa juara dan bisa memiliki nilai lebih dari anak-anak yang lain. Jelas! hal ini tidak di benarkan dengan teori apapun. Pada dasarnya, pendidikan bukan tempat kontestasi kejuaraan, namun pendidikan adalah ruang bagi anak-anak untuk mengolah dan mengasah ketajaman imajinasi, berpikir kreatif dan kritis.

Banyak orang tua yang membandingkan anaknya dengan anak orang yang lain. Kenapa si A juara satu, kenapa kamu tidak?

Pertanyaan-pertanyaan semacam ini seringkali dihadapi oleh anak-anak yang seyogianya masih rentan dengan asupan ilmu pengetahuan yang banyak. Namun, menjadi hambar orang tua lupa bahwa motivasi dan semangat dari mereka sangat di butuhkan oleh seorang anak untuk menunjang kegiatan keterampilan mereka terhadap pendidikan itu sendiri. Bukan malah menuntut anak harus juara dan sebagainya.

Orang tua sering mengindentifikasi tingkat kecerdasan seorang anak sama. Teori kecerdasan menyatakan bahwa, individu memiliki paling tidak 8 jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal linguistik, logis matematis, visual spasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis. Dari delapan kecerdasan tersebut, masing-masing anak mempunyai talentanya tersendiri.

Kecerdasan seorang anak sangat relatif atau majemuk, dan jamak. Bahkan kecerdasan sendiri terbentuk seiring dengan proses pertumbuhan anak. Artinya, kecerdasan atau Kepiawaian seseorang tidak bisa di paksa atas kehendak kita sendiri karena yang menjalani proses kecerdasan tersebut bukan kita atau orang tua melainkan anak.

Memang metode dalam mengukur kemampuan anak, khususnya di lingkungan pendidikan biasanya menggunakan metode penilaian dengan berbasis angka. Namun, orientasi nilai diatas rata-rata melalui angka tersebut bukan barometer mutlak dalam menilai prestasi dan kualitas seorang anak.

Baca juga: Wajah Baru Pendidikan Indonesia

Sebab, anak memiliki kompetensi dan jalan berpikirnya tersendiri. Secara pribadi saya bangga dengan anak-anak yang mempunyai ragam prestasi, tetapi di lain sisi juga saya juga mengapresiasi anak-anak yang tidak beruntung atau tidak tergolong sebagai siswa berprestasi dengan akumulatif nilai tertinggi.

Dengan alasan nilai tertinggi bukan jaminan masif seseorang bisa sukses atau tidak.

Bagi saya mereka sama-sama penting sebagai kompetisi hebat dan handal yang di berlakukan sama oleh guru maupun orang tua. Jika di dalam kelas ada 20 orang siswa dan tiga di antaranya terpilih sebagai siswa berprestasi. Maka, sesungguhnya 18 siswa tersbut melahirkan 3 siswa berprestasi. Itu logika sederhananya menurut saya.

“Prestasi memang baik tetapi juara bukan yang lebih baik”

Pendidikan, Faktor Kunci Pemberantasan Human Trafficking

Pendidikan, Faktor Kunci Pemberantasan Human Trafficking – Di dunia modern, sangat menyedihkan bisnis perdagangan manusia terus saja bertumbuh dan tidak ada matinya. Perbudakan yang sudah lama hilang nyatanya tidak serta merta menghapus bisnis nista ini.

Banyak orang yang dijual tanpa sepengetahuan mereka. Bahkan, mereka tidak bisa melepaskan diri dikarenakan sudah terjebak di dalam lingkaran setan yang tidak berujung.

Perdagangan orang paling rentan dialami oleh perempuan dan anak-anak. Data tahun 2021 berdasarkan keterangan deputi bidang perlindungan anak Kementerian Pemberdayaan perempuan, angka tindak pidana perdagangan orang untuk anak dan perempuan  prisonersamongus.com  menyentuh angka 62 persen.

Banyak modus yang digunakan dalam TPPO. Salah satunya adalah menyasar orang-orang yang tinggal di desa-desa terpencil dengan diiming-imingi bekerja di Kota atau luar negeri dan ternyata kemudian mereka dijual di pusat-pusat hiburan malam.

Para mafia perdagangan orang itu, bergerilya ke desa-desa dan merekrut penduduk desa itu sebagai kaki-tangan dengan membawa cerita-cerita palsu tentang betapa mudahnya mendapatkan uang di luar negeri atau di kota.

Untuk itu, pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama, bahwa semua rakyat Indonesia wajib untuk mengikuti wajib belajar hingga sekolah menengah.

Saatnya pemerintah memasukkan tindak perdagangan orang ke dalam kurikulum.

Sejak dini ditanamkan kepada siswa untuk berpikir kritis agar tidak terperdaya dengan tindakan-tindakan manipulatif oknum-oknum yang mau mengambil keuntungan dari kebodohan dan memperbodohi orang lain.

Bahwa untuk bekerja diluar negeri dibutuhkan keterampilan yang memadai. Sehingga mereka tidak tertarik dengan iming-iming kosong yang menjebak dan menghancurkan. Betapa banyak orang Indonesia yang kemudian jadi budak-budak di tempat-tempat jauh dari negara kita dengan penderitaan yang tidak terkira-kira.

Fungsi lembaga pendidikan salah satunya adalah mencerdaskan peserta didik. Buka wawasan siswa untuk lebih memilih bertani ketimbang bekerja di luar negeri di area abu-abu yang sama sekali belum mereka ketahui.

Bersamaan dengan itu, pemerintah bisa membuka sentra-sentra UKM yang dikelola oleh milenial yang lulusan sarjana. Dana pengentasan kemiskinan di Kementerian-Kementerian dan Pemda yang ratusan triliun, sebaiknya dipakai untuk aksi nyata pengentasan kemiskinan di desa-desa.

Bentuk badan khusus yang mengelola dana yang sampai mencencah angka Rp500 triliun itu. Angka sebesar itu mungkin sangat bisa mengatasi pengangguran di seluruh Indonesia.

Jika sentra-sentra UKM dibuka dan juga industri-industri kreatif yang menyasar masyarakat bawah yang miskin saya yakin angka perdagangan manusia akan turun drastis. Menjadi orang miskin itu sangat tidak enak.

Tidak banyak pilihan yang dimiliki. Segala keterbatasan membuat mereka rela dan mau bekerja di luar negeri dengan risiko yang besar demi memperbaiki nasib.

Dana pengentasan kemiskinan yang besar itu, bisa juga dipakai untuk membangun pusat pelatihan keterampilan untuk calon-calon TKI dari desa-desa. Berikan semua keterampilan yang mumpuni untuk mereka.

Beri keterampilan bahasa Inggris agar buruh-buruh migran kita tidak gampang disetrika majikan akibat kemampuan bahasa yang menyedihkan hingga mereka tidak paham apa yang diperintahkan.

Terjunkan pelatih-pelatih khusus untuk keterampilan-keterampilan calon-calon TKI tersebut. Jangan biarkan satu pun yang berangkat tanpa ada keahlian. Melihat luasnya lahan Indonesia yang belum digarap, perdagangan manusia sepantasnya tidak terjadi.

Pemerintah perlu memperbanyak SMK-SMK pertanian dengan membangun sekolah-sekolah canggih yang bisa menarik minat siswa untuk belajar di sana. Saat ini, kita tengah mengalami krisis petani muda. Hanya ada 38 juta petani, dibandingkan sepuluh tahun lalu ada 42 juta petani.

Anak-anak muda lebih memilih bekerja serabutan diluar negeri ketimbang bertani. Padahal dunia tengah mengalami krisis pangan. Khusus Indonesia, segalanya diimpor termasuk garam dan cabe. Padahal kalau saja generasi muda mau jadi petani uang impor yang begitu besar tidak lari keluar negeri melainkan ke kantong rakyat sendiri.

Pendidikanlah yang memegang peranan besar dalam mengatasi human trafficking yang semakin tinggi angkanya dari tahun ke tahun. Pendidikan yang memberi bekal pemahaman kepada siswa dan perempuan bahwa mereka tidak sepatutnya terjerat dalam lingkaran maut dan setan tersebut.

Sudah saatnya human trafficking masuk dalam kurikulum. Semua manusia adalah manusia bebas. Manusia lain lah yang menjadikan mereka menjadi budak dengan cara diperjualbelikan dengan berbagai trik. Hanya kecerdasan berpikir yang bisa melawan kejahatan terstruktur dan masif ini. Dan hal itu sudah menjadi tugas lembaga pendidikan.

Baca juga: Rilis Webometrics, UNIMUDA Sorong Kampus Terbaik 1 di Papua Barat

Kepada lembaga pendidikan kita berharap banyak. Generasi-generasi muda Indonesia adalah penerus bangsa, bukan dijual dan ditawarkan di situs-situs penjualan orang dan mafia-mafia perbudakan modern.

Orang cerdas, akan menyaring informasi sebelum gegabah memutuskan melangkah.

Sudah saatnya sekolah-sekolah memasukkan human trafficking menjadi satu pembahasan wajib di semua jenjang pendidikan sekolah menengah atas. Dengan demikian, meskipun masih bocah, generasi muda sudah melek dan paham apa itu human trafficking dan bagaimana menghindarinya.